Suara.com - Organisasi Islam terbesar Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, menyelenggarakan muktamar untuk pembentukan kepengurusan baru. Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah berharap kepengurusan baru dua organisasi tersebut dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa.
"NU dan Muhammadiyah harus jadi kekuatan moral bangsa kita bahwa bangsa kita berpikir positif, kemajuan kita kedepan, keberadaan kita. Keduanya punya posisi penting. Kita berharap hasil muktamar ini mengembangkan sikap positif supaya pejabat juga positif," ujar Fahri di DPR, Kamis (6/8/2015).
"Mudah-mudahan setelah ini (Muktamar) ada kepemimpinan baru, ormas seperti ini menjadi medium bagi dialog masyarakat dalam rangka memberikan kontribusi dalam kehidupan bangsa," Fahri menambahkan.
Terkait dengan konflik yang melanda NU saat muktamar, bahkan muncul isu ada muktamar tandingan kubu Salahuddin Wahid atau Gus Sholah, menurut Fahri dinamika semacam itu hal yang wajar.
Yang penting, kata politisi PKS, ujung dari konflik tersebut untuk kebaikan bersama.
"Orang beda pendapat nggak masalah, boikot protes bagian dari demokrasi. Itu wajar. Diri kita sendiri saja ada konflik. Kita di keluarga kan juga ada masalah, konflik. Tujuannya kebaikan. Apalagi ormas besar, jangan takut berkonflik yang penting beradab," tutur Wakil Sekretaris Jenderal PKS.
Seperti diketahui dalam Muktamar NU di Jombang, Jawa Timur, semalam kubu Gus Sholah memilih berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng. Mereka menilai sidang peno muktamar ke 33 yang digelar PBNU di Alun-alun Jombang mulai tidak sehat. Mereka menganggap ada kecurangan dalam prosesnya.