Rapat Pemilihan Rais Aam NU Digelar Tertutup

Rabu, 05 Agustus 2015 | 21:32 WIB
Rapat Pemilihan Rais Aam NU Digelar Tertutup
Organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama menggelar Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sembilan kyai yang terpilih sebagai ahlul halli wal aqdi (AHWA) mengadakan rapat tertutup. Rapat ini untuk memilih Rais Aam NU.

Rapat tertutup itu digelar di Pendopo Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (5/8/2015) malam.

"Rapat dilakukan di pendopo kabupaten, karena lokasinya yang relatif lebih dekat, tapi dilakukan secara tertutup," kata Pengasuh PP Al Falah, Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, KH Abdurahman al Kautsar di Media Center Muktamar Ke-33 NU.

Ia mengatakan pertemuan itu dilakukan sekitar 1 jam. Sejumlah nama muncul dalam forum tersebut. Namun sampai saat ini belum ada keputusan tentang nama Rais Aam PBNU.

Dalam pertemuan tertutup itu, sejumlah nama muncul diajukan menjadi calon Ketua Rais Aam PBNU. Selain KH Mustofa Bisri (Gus Mus), ada juga nama KH Maimun Zubair (Mbah Moen). Serta nama KH Makruf Amin. Namun belum ada keputusan. Sejumlah kiai muda menegaskan dukungannya kepada KH Mustofa Bisri menjadi Rais Aam PBNU dalam Muktamar Ke-33 NU.

Wakil Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Ahmad Fahrurrozi mengatakan nama KH Mustofa Bisri mengemuka dalam hasil rapat yang digelar para kyai yang terpilih. Namun belum final.

"Kami sambut baik atas pelaksanaan muktamar ini, karena sudah melewati satu tahap. Rais Aam terpilih melalui AHWA dan saat ini tinggal menunggu pemilihan ketua umum dengan voting," katanya.

Ia mengatakan nama Gus Mus sudah disepakati dalam forum ulama tersebut. Namun, Gus Mus merasa keberatan dan meminta agar KH Maimun Zubair menjadi Rais Am. Hanya saja Mbah Moen juga menolak dan lebih meminta Gus Mus menjadi Rais Aam.

Menurut dia, kesepakatan memilih Rais Aam dengan konsep AHWA dinilai lebih bagus. Sebab hal itu dinilai banyak sisi positifnya. Dengan pemilihan itu, diharapkan tidak lagi terjadi politik transaksional.

"Kami prihatin terjadi intervensi oleh penguasa setempat untuk mengegolkan calon di daerah tertentu. Dengan ini (AHWA) sulit dilakukan, karena muktamar akan dipilih sembilan kiai yang paling zuhud, paling alim, sehingga NU ke depan bisa lebih baik," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI