Djarot Mengaku Pusing dengan Kebakaran Terus Terjadi di DKI

Rabu, 05 Agustus 2015 | 17:49 WIB
Djarot Mengaku Pusing dengan Kebakaran Terus Terjadi di DKI
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat di Pulau Karya. (suara.com/Dwi Bowo Raharjo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku pusing dengan kasus kebakaran rumah semi permanen yang terletak di belakang Pasar Gembrong, Jalan Basuki Rahmat, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta Timur.

"Nah itu, aku tuh pusing ya, kita udah ngomong hati-hati jangan sampai ada kebakaran di rumahmu, arus listrik coba diatur, eh saya dapat informasi tadi malam bakar sampah katanya. Karena bakar sampah, merembet kemana-mana," ujar Djarot di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (5/8/2015).

Mantan Wali Kota Blitar mengingatkan warga agar waspada, apalagi sekarang musim kemarau.

"Terus saya bilang, bahwa musim ini waspada kebakaran, jangan sampai kebakaran terulang lagi. Karena pemadamannya juga sulit, sungai-sungai banyak yang sudah kering. Musim kemarau," kata Djarot.

"Seluruh warga, mau bakar sampah, nyalain kompor, tes dulu semua. Kalau udah satu kena, itu bukan diri sendiri aja, tetangganya, lingkungannya juga kena. Jadi waspadalah," Djarot menambahkan.

Kebakaran rumah semi permanen yang merembet ke beberapa kios Pasar Gembrong terjadi pada Selasa (4/8/2015).

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai kebakaran rumah semi permanen yang terletak di belakang Pasar Gembrong terjadi lantaran kesembronoan warga sendiri.

"Gimana nggak kebakar orang tinggal di bawah kolong, bakar sampah sembarangan, rumah-rumah liar yang triplek, (ambil) listrik seenaknya," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta.

Ahok menambahkan langkah yang pemerintah selama ini menerbitkan kawasan pemukiman kumuh dan pemukiman liar, kata Ahok, sesungguhnya untuk kebaikan warga sendiri. Setelah ditertibkan, warga diminta pindah ke rumah susun dengan bantuan pemerintah.

"Jadi saya kalau menggusur mereka ke rusun bukan karena jahat tapi (mencegah) bahaya kebakaran, kehilangan nyawa dan harta. Kenapa sih nggak mau dorong masuk ke rumah susun? Wong rumah susun nggak nyewa loh, program cuma Rp5-15 ribu, ada juga yang Rp10 ribu sehari," ujarnya.

"Kamu tinggal di rumah saja ada perbaikan pintu, ngecat, bocor, buang sampah, keamanan dan lift nggak? Nggak cukup kalau kamu yang pelihara itu kalau di rumah satpam jagain, biaya administrasi, buang sampah, ngecat, perbaikin pintu dan segala macam yang rusak itu kami tanggung 80 persen," Ahok menambahkan.

Menurut Ahok, sebagian warga selama ini enggan pindah ke rumah susun lantaran oknum petugas yang menyewakannya.

"Jadi kalau warga yang kita dorong ke rusun masih ngotot, umumnya itu warga yang nyewain. Dia punya petak gitu lho. Itu saja," kata Ahok.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI