Syukuri Hasil Panen, Warga Gunungkidul Upacara Cing-Cing Goling

Siswanto Suara.Com
Selasa, 04 Agustus 2015 | 06:47 WIB
Syukuri Hasil Panen, Warga Gunungkidul Upacara Cing-Cing Goling
Warga Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY, menyelenggarakan kenduri dalam upacara Cing - Cing Goling. Syukuri panen. Senin (3/8/2015) [suara.com/Wita Ayodhyaputri]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY, menyelenggarakan kenduri dalam upacara Cing - Cing Goling. Ini merupakan upacara syukur setelah masa panen.

Dalam acara itu, lebih dari 400 ekor ayam disembelih untuk kenduri.

Tradisi unik tersebut digelar di tengah pegunungan yang tandus.

"Untuk total ayam kalau dihitung tidak kurang 500 ayam disembelih hari ini untuk mengikuti ritual," kata pemangku adat, Sugiyanto, Senin (3/8/2015).

Ratusan ayam kampung yang disembelih selanjutnya dimasak. Dagingnya kemudian dijadikan hidangan ingkung atau dimasak menggunakan santan.

Ingkung tersebut kemudian dijadikan satu dengan nasi gurih beserta lauk pauk.

Sebelum dibagikan kepada warga, ingkung didoakan pemangku adat terlebih dahulu.

Iingkung bersama nasi gurih dan lauk lainnya pun disantap ramai-ramai oleh warga di bendungan Kali Dawe.

Uniknya, seluruh makanan yang disajikan tidak boleh dicicipi juru masak. Juru masak harus ikhlas menyajikannya.

Menurut kepercayaan setempat, bila hidangan dicicipi dan diikutkan ritual, nanti akan datang malapetaka.

"Dahulu ada yang mencoba untuk mencicipi ternyata sampai di lokasi makanan jadi tidak matang. Di sini juga pantang untuk membawa tempe yang terbuat dari kedelai, semuanya harus gembus," kata Sugiyanto.

Sugiyanto mengatakan acara ini sudah turun temurun.

Sugiyanto menambahkan upacara adat tersebut bercerita tentang keberhasilan pelarian para Prajurit Majapahit, Wisangsanjaya serta Yudopati.

Lantas, Prajurit tersebut membuat sungai dan bendungan untuk mengairi lahan pertanian menjadi sawah dan berhasil membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera.

Konon, sungai dengan air yang mengucur dan mengalir deras tersebut, terbentuk dari bekas goresan senjata yang berbentuk tongkat, cambuk, dan cemethi.

Dalam salah satu adegan, warga ikut sama - sama mengusir penjahat.

Mereka berlarian menginjak-injak pertanian milik warga setempat untuk mengusir gerombolan penjahat.

Kendati tanaman diinjak - injak, petani tidak marah karena mereka percaya, tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, melainkan justru akan tumbuh subur.

"Warga di sini pada percaya kalau tanaman yang diinjak-injak itu tidak akan mati, tapi saat panen berikutnya justru akan menjadi subur," kata Sugiyanto.

Dalam acara yang dilakukan di bawah pohon rindang tersebut tak hanya dihadiri warga desa setempat, masyarakat luar desa juga datang. Mereka ikut menyicipinya. (Wita Ayodhyaputri)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI