Pemburu Orangutan Sadis di Aceh, Induk Dibunuh Demi Ambil Bayinya

Siswanto Suara.Com
Senin, 03 Agustus 2015 | 16:15 WIB
Pemburu Orangutan Sadis di Aceh, Induk Dibunuh Demi Ambil Bayinya
Ilustrasi: evakuasi orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Desa Kuala Musam, Langkat, Sumatera Utara [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nasib orangutan kian hari semakin memprihatinkan. Jumlah satwa langka ini semakin berkurang akibat perburuan dan perdagangan ilegal.

Di Aceh, menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam, estimasi populasi orangutan yang tersisa sekitar 6.000 ekor.

Selain karena perburuan dan perdagangan, jumlah orangutan semakin sedikit karena populasinya dipengaruhui oleh tingginya angka illegal logging dan alih fungsi lahan.

"Orangutan yang diperdagangkan ilegal ini hampir semua diperoleh dari alam liar, terutama dari kawasan yang habitatnya sudah terganggu, baik itu karena alih fungsi lahan maupun karena illegal logging," ujar Kepala BKSDA Aceh, Genman S. Hasibuan, di Banda Aceh.

Kata Genman, orangutan yang tersebar dalam wilayah tersebut ketika ditemui umumnya tak lagi dikembalikan ke habitat mereka. Akan tetapi malah ditangkap dan dijual ke pasar gelap.

Harga yang ditawarkan terhadap satwa ini pun tergolong mahal. Satu ekor yang masih bayi, di pasar gelap domestik bisa laku sekitar Rp7,5 juta.

Sedangkan di pasar internasional, orangutan dijual dengan harga Rp10 hingga Rp15 juta.

“Perburuan dan perdagangan itu semakin menimbulkan penderitaan dan kematian bagi Orang Utan. Kemudian hal ini juga mengacaukan ekosistem. Maka kejahatan ini harus dihentikan,” katanya.

Untuk mendapatkan orangutan, kata Genman, mafia pemburu satwa tak jarang melakukan hal keji. Kata dia, karena orangutan yang paling dominan diminati adalah bayi, pemburu tak segan untuk membunuh induknya terlebih dahulu.

“Untuk dapat bayi orangutan itu, harus terlebih dahulu induknya dibunuh. Orangutan ini sangat melindungi anak-anaknya dalam kondisi apapun," ujarnya.

Bayi-bayi orangutan ini, kata Genman, kemudian diselundupkan ke pasar gelap yang ada di Medan, Sumatera Utara.

"Mayoritas orangutan yang beredar di Medan itu 90 persennya dari Aceh. Harganya begitu tinggi, makanya banyak yang tergiur untuk memburunya," tutur Genman.

Populasi orangutan paling banyak di Aceh bisa ditemui di Kawasan Ekosistem Leuser. Ada sekitar 5.000 ekor di kawasan tersebut. Sedangkan selebihnya, tersebar di beberapa hutan di seluruh wilayah Aceh, seperti Nagan Raya, Gayo Lues dan lainnya. [Alfiansyah Ocxie]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI