Cerita Derita Tukang Ojek Salah Tangkap di LP Cipinang

Senin, 03 Agustus 2015 | 13:10 WIB
Cerita Derita Tukang Ojek Salah Tangkap di LP Cipinang
Dedi (33), tukang ojek korban salah tangkap atas kasus pengeroyokan, kini dibebaskan pengadilan [suara.com/Dian Kusumo Hapsari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dedi, tukang ojek yang menjadi korban salah tangkap Polres Jakarta Timur bercerita tentang kisah pilunya. Terutama saat dia mendekam di penjara Cipinang selama 10 bulan.

Saat ditemui suara.com, Minggu (2/8/2015) siang, Dedi banyak bercerita rutinitasnya sehari-hari selama 10 dalam tahanan. Meski mendapat pelayanan layak, ia mengaku sering menggunakan air bekas mencuci piring untuk mandi.

"Saya selama di sana menderita sakit gatal-gatal mulai dari kaki sampai kepala. Ini sampai pada hitam-hitam begini. Kami di sana itu kalau mandi airnya itu bekas cucian piring. Jadi abis makan, piringnya di cemplungin aja di bak air itu, terus airnya buat kita mandi. Makanya saya sering gatal-gatal. Kalau penjaganya baik-baik, nggak ada pemukulan atau tindak kekerasan. Tapi fasilitas air bersih dan layak itu nggak ada," katanya.

Dedi pun harus tidur beralaskan tikar. Terlebih dia tidur berdesak-desakan dengan para penghuni rutan yang lainnya.

"Kalau tidur sudah kayak dendeng saja. Tidur juga nggak ada enak-enaknya sama sekali," ungkapnya.

Sementara menu makanan sehari-harinya tidak layak. Bahkan para napi, cerita lelaki yang besar di Jakarta itu, memberikan julukan khusus. Mulai dari 'tempe mayat', 'ketupat bubur', hingga 'ikan indosiar'.

"Wah kalau makannya mbak, ampun dah. Itu yang namanya tempe, bisa di bilang tempe mayat kali. Karena warna tempenya kuning kayak di bumbuin, tapi tak ada rasanya. Terus waktu lebaran kan kita juga di kasih ketupat, nah tapi itu mah bukan ketupat, masa pas dibuka langsung luber nasinya. Itu mah bubur. Antara niat nggak niat itu masaknya. Kadang saya milih beli indomie aja sama telor daripada makan gituan," katanya sambil tertawa.

Begitu juga untuk menu sarapan, makan siang dan makan malam. Rasanya hambar.

"Kalau dibilang aneh ya aneh ya. Pagi itu kita dikasih makan nasi sama bubur kacang ijo. Nasinya juga kuning warnanya terus perak (keras). Siang nasi sama bakwan. Kalau malem kadang dikasih ayam, tapi tetap enggak ada rasanya, ya hambar gitu. Tapi yang namanya ayam itu jadi rebutan di sana. Soalnya jarang juga makan daging," katanya.

Selama di rutan, Dedi mengaku tak banyak bicara atau melakukan banyak aktivitas. Sebab kondisi tersebut membuatnya tertekan dan selalu terbebani pikiran kondisi keluarganya saat dia menjalani masa tahanan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI