Menteri Agama: Negara Punya Kepentingan Soal Islam Nusantara

Minggu, 02 Agustus 2015 | 19:19 WIB
Menteri Agama: Negara Punya Kepentingan Soal Islam Nusantara
Salat berjamaah di Masjid Istiqlal [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa Islam Nusantara adalah nilai-nilai Islam yang diimplementasikan di Bumi Nusantara dan itu sudah sangat lama dipraktikan oleh para pendahulu. Karenanya, Islam Nusantara merupakan proses yang tidak berkesudahan karena dinamika masyarakat yang semakin tinggi.

“Saya merasa negara juga punya kepentingan tinggi terhadap implementasi Islam Nusantara. Konstitusi kita memberikan posisi yang sangat istimewa pada agama. Dan UU kita kaya akan nilai agama,” demikian dikatakan Lukman saat menjadi Keynote Speaker pada Seminar Nasional Islam Nusantara: Mengarusutamakan Konsep dan Gerakan Islam Nusantara di Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur, dikutip dari situs resmi Kementerian Agama, Minggu (2/8/2015).

Menurut Lukman, Islam Nusantara adalah nilai-nilai Islam yang diimplementasikan di Nusantara sejak dulu yang diwariskan para pendahulu sehingga menjadi bagian dari catatan rangkaian sejarah.

"Saat ini menjadi tanggungjawab untuk dipelihara sambil membangun kreasi baru agar menjadi tradisi pada generasi yang akan datang," katanya.

Sebelumnya, Keta Umum PBNU Said Aqil Siradj dalam pembukaan Muktamar NU ke 33 mengatakan bahwa Islam Nusantara merupakan kekhususan yang menjadi ciri khas Islamnya orang-orang Nusantara, yaitu: laku Islam yang melebur secara harmonis dengan budaya Nusantara yang sesuai dengan syariat.

“Segala tradisi yang tidak melanggar batas syariat, tidak hanya diperbolehkan, tapi harus dilestarikan. Dengan begitu, maka lahirlah Islam yang berperadaban, santun, mengedepankan akal sehat dan nurani, serta membuat pemeluknya mencintai Tanah Air dan memanusiakan manusia,” katanya

Menurut Kyai Said untuk mengembangkan Islam Nusantara, harus berlandaskan pada empat semangat, yaitu pertama, semangat religius.

“Bukan berarti melegalformalkan agama, tapi penekanan utamanya adalah akhlakul karimah. Tidak ada artinya beragama tanpa akhlakul karimah,” kata dia.

Kedua, ruhul wathaniyah, spirit nasionalis dan semangat kebangsaan. Tentang ini, katanya, patut diperhatikan nasihat Hasim Asyari kepada Wahid Hasyim, bahwa antara Islam dan nasionalisme jangan dipertentangkan, tapi saling melengkapi.

“Islam kuat di sebuah kawasan karena adanya semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan kokoh karena diisi nilai-nilai Islam,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI