Persoalan berikutnya adalah bagaimana menjelaskan Islam Nusantara dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak menimbulkan apriori. Lukman mengaku kadang merasakan adanya rasa keangkuhan sebagian pihak dalam memberikan penjelasan Islam Nusantara. Karena kelewat percaya diri, dalam menjelaskan seseorang terkadang masih diselimuti rasa keangkuhan sehingga terkesan menegasikan praktik-praktik nilai Islam yang tidak sama dengan Islam Nusantara.
“Inilah yang menurut saya perlu kita perbaiki; bagaimana cara kita menyampaikan hakikat Islam Nusantara ini dengan kerendahatian, jiwa besar, kesantunan, dan dengan akhlakul karimah yang memang menjadi salah satu ciri utama Islam Nusantara,” tuturnya.
Penjelasan yang diberikan, lanjut Menag, tidak untuk meninggikan diri dan pada saat yang sama merendahkan pihak lain. “Ini yang terkadang tidak kita sadari dalam perilaku kita,” katanya.
“Cara seperti ini penting agar tampilan kita bisa lebih simpatik dan sesuai dengan pesan yang akan disampaikan. Salah satu ciri Islam Nusantara adalah bagaimana santun dalam menyebarkan ajaran agama yang pada akhirnya untuk memanusiakan manusia itu sendiri,” kata dia.