Suara.com - Seorang ayah yang menjual ginjal demi pendidikan anaknya, Heri Akhmad Rivai (55) sempat diminta menyingkir saat Presiden Joko Widodo melintas di dekatnya. Saat itu Heri ada di kawasan Bundaran Hotel Indonesia.
Dia bercerita saat itu tidak ada satupun masyarakat menghiraukan dirinya. Bahkan tidak ada yang bertanya.
"Saya lagi keling-keliling (di Bundaran HI) sudah ada larangan Bapak Presiden mau lewat, terus saya pindah ke depan kantor polisi berdiri," cerita Heri kepada suara.com di Kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Jumat (31/7/2015) malam.
Bahkan aksi jual ginjal diriny itu tidak dihiraukan oleh pihak polisi yang tengah bertugas di sana. "Ada polisi padahal, tahu saya di sini. Tapi nggak ada yang peduli. Pengendara motor ada, cuma motor saja tadi satu orang, " ujarnya.
Heri ingin menjual ginjalnya lantaran untuk membiayai anaknya yang tengah kuliah semester 5 bernama Dindi Intan Pertiwi. Intan berkuliah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah.
Jika sampai tanggal 6 Agustus 2015 dirinya tidak bisa membayar uang semester 5, maka anak keduanya itu terancam cuti atau tidak bisa mengikuti kuliah sementara. Total biaya yang harus dibayar Rp3 juta. Heri tinggal di Tasikmalaya, Kampung Mekarsari RT 001/002, Desa Singasari, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.