Suara.com - Dukung Banda Aceh jadi model Kota Madani, sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Banda Aceh mulai melakukan pemisahan kelas antara lelaki dan perempuan.
Dari pantaua suara.com, di SMA Negeri 4 DKI Jakarta, Kota Banda Aceh. Delapan kelas yang diisi siswa baru tahun ajaran 2015/2016, tidak lagi memuat laki-laki dan perempuan dalam satu lokal.
Kepala Sekolah Negeri 4 DKI Jakarta, Syarifuddin Ibr mengatakan, pemisahan ruang kelas dilakukan sesuai arahan Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.
“Sejak dulu sebenarnya ini sudah dianjurkan (pemisahan), namun belum jalan. Sekarang kembali diarahkan agar bisa dilaksankan hal itu walaupun belum ada aturan khusus," kata Syarifuddin di Banda Aceh, Senin (27/7/2015).
Kata dia, pemisahan ruang kelas dilakukan bertahap. Pada tahun ini, pihaknya hanya melakukan untuk mereka yang baru menduduki kelas X.
“Sebagai wujud dari dukungan kita terhadap Banda Aceh model Kota Madani, maka ini kita lakukan pelan-pelan," ujarnya.
Pemisahan ruang kelas ini, menurut Syarifuddin, tidak mengalami kendala. Pasalnya, untuk tahun ajaran baru, jumlah siswa-siswi yang diterima di SMA Negeri 4 memang sebanyak delapan lokal. Dalam satu lokal, para murid berjumlah 34 orang.
“Kebetulan jumlah siswa sama per lokal, jadi nggak ada kendala. Ini juga didukung oleh para orang tua siswa," tuturnya.
Tahun ajaran baru 2015, SMA Negeri 4 DKI Jakarta menerima 256 siswa baru. Jumlah itu terdiri dari 103 laki-laki dan 153 perempuan.
“Ada lebih 2 orang perkelas, seharusnya 32 siswa. Tetapi tahun depan akan kita sesuaikan lagi,” katanya.
Seorang siswi baru, Hawaizza Qanita Permana, saat ditanyai pendapatnya terkait pemisahan mengatakan, sangat mendukung upaya yang diakukan pihak sekolah. Ia mengakuakan lebih fokus untuk mengikuti setiap mata pelajaran yang diberikan oleh guru.
“Bisa fokus kalau nggak ada laki-laki. Biasanyakan lelaki suka bikin ribut di lokal," ujar Hawaizza. [Alfiansyah Ocxie]