Suara.com - Museum Radya Pustaka Solo, Jawa Tengah, menyimpan Al Quran dalam bentuk transliterasi Jawa. Transliterasi Al Quran dalam berbahasa Jawa ini memiliki tujuan agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami makna yang terkandung di dalamnya, dan dalam rangka dakwah Islam.
Hal tersebut disampaikan salah seorang petugas Museum Radya Pustaka Solo, Totok Yasmiran, kepada Suara.com, Minggu (26/7/2015).
Menurut Totok, Al Quran Jawa cenderung berupa terjemahan bebas. Dalam penulisan ada beberapa nomor ayat yang tidak sama dengan ayat Al Quran pada umumnya (Mushaf Usmani).
“Meskipun demikian, isinya tidak ada perubahan sehingga perbedaan tersebut tidak perlu dipermasalahkan,” kata Totok.
Terwujudnya transliterasi Quran Jawa – Latin ini, kata Totok, terlaksana berkat kerjasama antara Yayasan Sastra (selaku pengalih aksara) dengan Mesum Radya Pustaka (selaku penyedia data).
“Penerjemahnya adalah Kyai Bagus Ngarpah (ulama Keraton Solo masa Pakubuwono X) pada Tahun 1835-1905,” kata dia.
Penerjemahan Al Quran ke dalam Bahasa Jawa mendapat penentangan dari seorang pensiunan jaksa bernama, R. M Sulaeman. Padahal sebelum itu, kata Totok sudah ada Al Quran dalam bentuk penerjemahan bahasa Belanda.
“Penerjemahan Al Quran ke dalam Bahasa Jawa juga dianggap hal yang kontroversial. Namun, Dokter Rajiman Mangun Husada menjadi penengah terkait alasan diterjemahkannya Al Quran ke dalam Bahasa Jawa,” kata dia.
“Asalannya untuk memudahkan masyarakat Jawa dalam memahami makna yang terkandung dalam Al Quran itu,” katanya.
Totok mengatakan alih aksara Jawa – Latin dimulai pada tahun 2003 dan selesai tahun 2005 menghasilkan tiga naskah dengan masing-masing naskah 10 juz.