Suara.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin, meminta kejadian di Tolikara, Papua, tak terjadi lagi. Din menganggap masih ada sikap intoleransi yang seharusnya menjadi musuh bersama di Indonesia.
"Yang paling penting ke depan bagaimana menuntaskan ini. Paling tidak kejadian ini membuktikan kepada kita masih ada intoleransi. Dan ini harus dijadikan tantangan bersama, musuh bersama," kata Din ditemui sebelum menghadiri acara di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (26/7/2015).
Terkait proses hukum, kata Din, sepenuhnya diserahkan kepada penegak hukum, yaitu Polri. Sebagai pemuka agama, yang terpenting saat ini adalah mengembangkan kesadaran akan kemajemukan yang ada di Indonesia.
"Perihal penegakan hukum sikap kami mendorong Polri utk bersungguh secara konsisten dan tak pandang bulu. Kami dari ormas keagamaan dari dulu selalu mendesak dapat ditangkap siapa aktor intelektualnya. Karena kalau tidak diungkap dan ditangkap, maka akan terulang lagi," ujarnya.
Lebih jauh Din mengatakan, bukan tidak mungkin peristiwa di Tolikara sengaja dibuat oleh pihak ketiga. Tujuannya, untuk menghancurkan kemajemukan di Indonesia.
"Saya pribadi menengarai ada pihak ketiga yang tujuannya agar umat beragama di Indonesia yang majemuk dan besar ini tidak mau bersatu, rukun dan damai. Kemungkinan juga ada motif kekuasaan politik penguasa," ujarnya.