Solidaritas untuk Tolikara, MUI: Islam Bukan Agama Pendendam

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 24 Juli 2015 | 16:44 WIB
Solidaritas untuk Tolikara, MUI: Islam Bukan Agama Pendendam
Ribuan umat Islam di Solo, Jawa Tengah, aksi solidaritas untuk muslim Tolikara, Papua, di Bundaran Gladag, Jumat (24/7/2015). [suara.com/Labib Zamani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ribuan umat Islam di Solo, Jawa Tengah, aksi solidaritas untuk muslim Tolikara, Papua, di Bundaran Gladag, Jumat (24/7/2015) siang. Mereka berasal dari berbagai umat Islam di wilayah eks Karesidenan Surakarta.

Pantauan Suara.com, aksi solidaritas tersebut dilakukan mulai dari Lapangan Kotta Barat. Mereka melakukan long march menuju Bundaran Gladag dengan menyusuri jalan Slamet Riyadi. Selama di perjalanan, sekitar 7.000 umat Islam dikawal petugas kepolisian.

Mereka berasal dari Majelis Tafsir Al Quran, Laskar Umat Islam Surakarta, Himpunan Mahasiswa Islam, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Forum Komunikasi Aktivis Masjid, Dewan Syariah Kota Surakarta, Front Pembela Islam, Muhammadiyah, dan perwakilan umat Islam di eks Karesidenan Surakarta.

Satu per satu perwakilan tokoh agama juga menyampaikan orasi di depan ribuan umat muslim yang ikut aksi.

Humas aksi, Endro Sudarsono, mengatakan selain melakukan aksi damai juga dilakukan penggalangan dana. Hal tersebut dilakukan untuk membantu memulihkan kondisi di Tolikara, Papua. Di samping itu, juga untuk pembangunan masjid bagi umat muslim Tolikara pascakerusuhan.

"Aksi damai yang kami lakukan ini adalah bentuk solidaritas muslim Solo untuk Tolikara," kata Endro kepada wartawan di sela-sela aksi damai di Bundaran Gladag Solo.

Dia mengklaim aksi damai umat Islam di Solo merupakan satu-satunya di Indonesia yang diizinkan oleh polisi.

"Mari kita ciptakan persatuan dan kesatuan untuk menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)."

Ketua MUI Solo, Zainal Arifin Adnan, menambahkan aksi damai ini untuk memberikan dukungan kepada umat muslim di Kabupaten Tolikara. Dia ingin Islam dapat berkembang dengan baik dimanapun berada tanpa ada kekerasan, termasuk di Kabupaten Tolikara. Lebih jauh, pihaknya meminta kepada aparat penegak untuk mengusut tuntas pelaku kerusuhan di Kabupaten Tolikara.

"Semoga kejadian di Tolikara ada hikmahnya. Islam bukanlah agama pendendam," katanya.

Kapolresta Solo Komisaris Besar Ahmad Lutfi mengatakan telah menerjunkan 840 petugas untuk mengamankan aksi.

"Ini sudah menjadi kewajiban Polri untuk menjaga keamanan. Solo aman dan terkendali," kata Kapolresta. (Labib Zamani)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI