Suara.com - Komite Umat untuk Tolikara (Komat) mensinyalir banyak kepentingan asing yang coba mengganggu kerukunan hidup beragama di Papua. Salah satunya dengan menciptakan konflik antara umat Muslim dan Nasrani di Kabupaten Tolikara.
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan, konflik Tolikara kemungkinan diciptakan untuk menciptakan situasi yang tidak kondusif di Papua. Sehingga, menurut Hidayat, nantinya Indonesia dianggap lalai atau tidak mampu menjaga keamanan di Papua.
"Papua memang sangat rentan akan kekuatan pihak asing yang bertujuan mengeluarkan Papua dari Indonesia. Seperti pemberitaan mengenai penembakan dari oknum aparat terhadap warga Papua. Sehingga nantinya dipolitisasi agar Papua merdeka, ini dijadikan "trigger" mereka untuk merdeka. Ini harus kita seriusi dan kita cegah," kata Hidayat kepada wartawan di Senayan, Jakarta, Kamis (23/7/2015)
Hidayat juga menambahkan, baru-baru ini telah keluar petisi yang meminta dukungan agar PBB meninjau kembali referendum untuk Papua. Oleh karena itu, menurutnya, sengaja diciptakan bentrokan yang nantinya menjadi alasan pihak tertentu untuk memerdekakan Papua.
Hidayat juga mengatakan keterlibatan pihak asing begitu jelas di Papua. Apalagi setelah tim investigasi dari Komat menemukan banyaknya gambar bendera Israel di Tolikara.
"Di sana banyak sekali gambar bendera Israel, ini kan sangat layak dipertanyakan. Di Jakarta saja tidak ada gambar bendera Israel, tapi di Tolikara itu di banyak tempat ada. Padahal Indonesia tidak menjalin hubungan apapun dengan Israel," tambahnya.
Lebih jauh ia juga mendukung upaya yang dilakukan aparat dalam memastikan kedaulatan Indonesia di Papua.
"Kita semua sepakat NKRI harga mati, tidak boleh di jual dengan dalih apapun juga," tegasnya.