Suara.com - Sampai sore ini, Minggu (19/7/2015), polisi belum berhasil mengungkap kasus wartawati Nur Baety (44) yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya, Perum Gaperi, RT 1/9, Blok NC 6, Bojonggede, Depok, Jawa Barat, Sabtu (18/7/2015) siang. Saat ditemukan, tangan korban terikat tali rafia dan posisinya telungkup. Polisi menduga Nur Baety korban pembunuhan.
Wartawan Jawa Pos TV, Doddy Rosadi, mengatakan bertemu dengan Nur Baety sehari sebelum bulan puasa atau sebulan sebelum rekannya ditemukan meninggal dunia.
"Saya sudah 10 tahun tidak bertemu dengan dia yang bertatap muka langsung. Sehari sebelum puasa Nur Baety datang ke apartemen saya di Casablanca. Dia bercerita kalau sudah tiga bulan resign dari Akarpadi.id, dia bercerita ikut mendirikan perusahaan itu sejak awal, namun karena ada ketidakcocokan dengan bosnya akhirnya keluar," kata Doddy kepada suara.com.
Setelah berhenti dari Akarpadi.id, kata Doddy, Nur Baety menjadi jurnalis lepas atau freelance untuk media massa.
"Dia juga sempat nanya ke aku, 'ada nggak lowongan pekerjaan di tempatmu.' Aku bilang kamu mau di posisi apa, silakan kirim CV ke emailku. Tapi mungkin dia belum sempat mengirim sampai sekarang," katanya.
Doddy menceritakan pertamakali mengenal Nur Baety ketika sama-sama bekerja di kantor berita radio KBR 68 H pada 2003. Ketika itu Nur Baety masih calon reporter.
Nur Baety hanya setahun bekerja di radio tersebut. Ia memutuskan keluar karena pindah ke perusahaan lain.
"Setelah itu aku tidak pernah kontak lagi dengan dia sampai bulan lalu kita ketemu. Ketika ketemu, dia nampak biasa saja. Anaknya memang pendiam, tetapi kalau sudah akrab anaknya enak diajak ngobrol," kata Doddy.
Istri Doddy juga kenal dengan Nur Baety. Mereka teman di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Lenteng Agung.
"Hari ketiga puasa dia whatsapp, kirim pesan ke istri aku, tentang makna puasa dan bulan Ramadan," kata Doddy.
Nur Baety, kata Doddy, pernah bercerita hendak menjual rumah di Perum Gaperi.
Nur Baety mengaku ingin pindah dari Bojonggede karena ibunya tidak betah di sana. Selama tiga bulan terakhir, ibu dari Nur Baety pindah ke Tebet, Jakarta Selatan, di rumah kakak Nur Baety.
"Dia sempat cerita rumahnya di Bojonggede itu mau dijual, dia menawarkan ke aku. Tapi aku bilang aku sudah beli apartemen, lagian di sana jauh dari tempatku bekerja," katanya.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Khrisna Murti menduga Nur Baety menjadi korban perampokan. Hal itu didasarkan pada sejumlah tanda yang mengarah ke sana, seperti beberapa barang berharga di rumah korban raib.
"Berdasarkan keterangan keluarganya, ada barang-barang korban yang hilang," katanya.
Saat ini, tim Ditreskrimum Polda Metro Jaya bekerjasama dengan Polres Depok tengah menyelidiki kasus tersebut.