Suara.com - Staf Khusus Presiden Lenis Kogoya menyayangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Tolikara yang memberikan izin pada dua agenda acara keagamaan yang berbeda untuk digelar di hari yang sama. Menurut Lenis, ini yang kemudian jadi salah satu pemicu terjadinya salah paham berujung ricuh.
"Ini kan kalau mereka mau bikin acara harus izin sama pemerintah daerah. Nah ini Pemda lihat nggak kalau di Kalender ada tanggal merah hari itu hari apa? Ini sudah dibicarakan apa belum? Kalau sudah mengapa ini bisa bersamaan. Ini jelas salah komunikasi dari Pemdanya," ungkapnya saat memberikan keterangan pers
Oleh sebab itu, Lenis berencana akan datang ke Papua pada 29 Juli 2015 mendatang untuk menelusuri lebih lanjut terkait hal ini. Saat ini, imbuh Lenis, tim mediasi sudah turun untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Saya akan ke sana tanggal 29 Juli nanti. Tim mediasi sudah turun di sana lebih dulu untuk menyelesaikan permasalahan di sana. Semoga masalah ini lebih cepat selesai," katanya.
Sebagai informasi, berdasarkan keterangan Lenis, akibat insiden tersebut 12 orang mengalami luka-luka dan satu orang tewas. Korban-korban tersebut berasal dari massa yang memicu kericuhan pada hari Jumat (17/7/2015). Selain musholla, ada 13 kios yang turut dibakar.
Sebelumnya diberitakan, kericuhan tersebut disebabkan di hari yang sama ada dua agenda yang sedang berlangsung. Di satu pihak ada umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Idul Fitri, sementara di lain pihak, ada Pemuda Gereja GIDI yang sedang menggelar kongres.
Kedua belah pihak sama-sama menggunakan pengeras suara. Karena saling tidak terima dan masing-masing merasa terganggu, kericuhan pun terjadi.
"Jadi mereka ini ada dua agenda yang bersamaan. Dipicunya itu dari pengeras suara. Karena sama-sama menggunakan dan saling mengganggu satu sama lain, ini membuat kericuhan dengan warga," katanya.