Suara.com - PT. Pertamina dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyepakati pembangunan protek infrastruktur minyak dan gas. Salah satunya pembangunan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
Untuk lokasi pembangunan SPBG, Ahok mengizinkan itu dibangun di lingkungan kantor wali kota. Kendaraan pribadi maupun angkutan umum berbahan bakar gas (BBG) saat ini pun dikatakan cukup. Salah satunya pengisian BBG atau Mobile Refueling Unit (MRU) di kawasan Monas, Jakarta Pusat akan terus ditambah.
"Sudah oke, Jakpro saja sudah punya lima (SPBG) sekarang dibuka. MRU tambah, kita sudah izinkan kantor Wali Kota boleh taro," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (15/7/2015).
"Pertamina juga sudah sepakat seluruh SPBU boleh diubah jadi atau tambah SPBG," kata Ahok.
Namun keberadaan SPBG di Jakarta masih dibilang kurang oleh Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih. Ia mengatakan, hal itu merupakan salah satu faktor lemahnya pelayanan busway yang beroprasi di Ibu Kota. Sebab keterbatasan jumlah SPBG membuat bus Transjakarta harus membutuhkan waktu untuk mengisi bahan bakar.
"Untuk sekali pengisian gas, satu bus memerlukan waktu 10-20 menit. Sekarang sudah SPBG-nya masih sedikit, jalan mau ke SPBG-nya juga memerlukan berapa menit? Terus kembali laginya pasti kena macet," ujar Kosasih kemarin.
Ia menerangkan, SPBG yanga ada di Jakarta saat ini baru hanya sembilan dari sebelumnya tujuh. Tiga di antarannya berada di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan; Daan Mogot, Jakarta Barat. Sedangkan pengoprasian bus Transjakarta melayani 12 koridor.
Dua yang baru diresmikan yakni, Jakpro meresmikan 1 SPBG di Kramatjati dan Pertamina di Cililitan. "Kalau ke depannya keberadaannya semakin banyak, kami yakin SPBG tidak akan lagi jadi masalah," kata Kosasih.