Suara.com - Lebih dari 100 warga Muslim Cina dari suku Uighur diduga disiksa dan dieksekusi karena dituduh mencoba bergabung dengan kelompok radikal di Timur Tengah.
Kantor berita Xinhua, seperti dikutip dari Independent, Selasa (14/7/2015), melaporkan 109 warga Uighur yang keluar dari Cina dimungkinkan menuju Turki, Suriah dan Irak untuk ikut bergabung dengan kelompok radikal.
Laporan itu juga melansir hasil investigasi Kepolisian Cina yang mengungkap sejumlah kelompok perekrut di negara itu.
109 orang itu merupakan bagian dari 300 imigran yang kini ditahan oleh otoritas Thailand lebih dari setahun dan 173 lainnya sudah dideportasi.
Organisasi kelompok HAM, PBB dan Uni Eropa mengutuk kebijakan deportasi Muslim Uighur ke Cina yang justru malah bisa menjadi target kekerasan.
Wakil kepala organisasi HAM untuk Uighur yang bermarkas di Jerman, Omer Kanat, kepada Al Jazeera mengatakan kalau tuduhan yang menyebut soal upaya bergabung dengan kelompok radikal itu hanya ‘omong kosong’.
Pernyataan ini juga didukung oleh Direktur Amesty International untuk Asia Timur Nicholas Bequelin.
“Waktu demi waktu kita melihat warga Uighur yang kembali ke Cina menghadapi ‘lubang hitam’, ditahan, disiksa bahkan dalam beberapa kasus malam menyebabkan kematian dan eksekusi,” serunya.