Ratusan Warga Pekanbaru Salat Minta Hujan

Ardi Mandiri Suara.Com
Selasa, 14 Juli 2015 | 03:42 WIB
Ratusan Warga Pekanbaru Salat Minta Hujan
Kebakaran Hutan Riau
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ratusan warga menggelar Salat "Istiska" untuk memohon berkah diturunkannya hujan di halaman kantor Gubernur Riau, di Kota Pekanbaru, Senin (13/7/2015).

"Ini adalah salah satu cara memohon pada Allah SWT karena kita memasuki musim panas dan kekeringan yang memicu kebakaran. Kita bersama-sama mohon pertolongan agar ada berkah berupa hujan, sambil terus melakukan upaya pemadaman," kata Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman.

Pria yang akrab disapa Andi Rachman ini meyakini ikhtiar yang diiringi doa bisa menghasilkan hasil yang maksimal. Ia menyadari beragam usaha pemadaman kebakaran lahan dam hutan ada yang berhasil maupun tidak, sehingga timbul kekhawatiran polusi asap semakin banyak.

"Semoga doa kita dikabulkan oleh Allah SWT agar bisa segera turun hujan," kata Andi Rachman.

Ia mengimbau agar pemerintah daerah lainnya ikut mengajak masyarakatnya menggelar Salat Istiska di daerah masing-masing. "Saya melihat sudah ada daerah lainnya yang melakukannya, " kata Andi Rachman.

Dengan mengenakan baju muslim warna putih, ratusan warga terlihat khusyuk mengikuti Salat Istiska. Sebagian besar jamaah didominasi oleh pejabat serta PNS dilingkungan Pemprov Riau.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau, Prof. Dr. Muhammad Nazir Karim, sedangkan Khatib adalah Ustaz Khalid Abdus Somad.

Muhammad Nazir mengatakan Sholat Istiska merupakan bagian dari Syariat Islam bagi umat Islam apabila terjadi kekeringan akibat tidak turunnya hujan.

"Imbauan ini dilakukan agar masyarakat muslimin menyadari sepenuh hati bahwa kekeringan akibat tiedak turunnya hujan adalah musibah dan merupakan teguran dari Allah SWT," kata Muhammad Nazir.

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk bertobat kepada Allah atas segala dosa yang pernah diperbuat. Baik itu dosa Maksiat, Fasya, mungkar, kezaliman, dan lainnya.

Hingga kini kabut asap masih menyelimuti udara Kota Pekanbaru meski terlihat mulai menipis. Seiring dengan itu, kondisi udara kini terlihat sedikit membaik karena alat pengukur indeks standar pencemar udara (ISPU) menunjukan kualitas dalam level "Sedang".

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin, mengatakan jarak pandang di Pekanbaru pada pukul 07.00 WIB mencapai lima kilometer dan diselimuti asap sisa kebakaran.

Sementara itu, pantauan Satelit Terra dan Aqua menunjukan masih ada 12 titik panas (hotspot) di Provinsi Riau. Titik panas terbanyak berlokasi di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu masing-masing empat titik, Kampar dua titik, dan Kuantan Singingi dan Kota Dumai masing-masing satu titik.

"Secara umum kondisi cuaca Riau cerah berawan, peluang hujan dengan intensitas ringan tidak merata pada malam dini hari terjadi di wilayah Riau bagian Selatan, Tengah, Timur dan Pesisir Timur," kata Sugarin.

Meski begitu, potensi kebakaran masih tinggi karena temperatur udara maksimal mencapai 34,5 derajat Celcius dan kelembaban 95 persen. Secara umum angin bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan 05-15 knots atau setara 09-29 kilometer per jam.

Berdasarkan data Satgas Siaga Bencana Asap Riau, luas kebakaran sejak Juni sudah mencapai lebih dari 1.000 hektare. Upaya pemaadaman terus dilakukan melalui pemadaman lewat pasukan gabungan di darat, helikopter bom air dari BNPB dan perusahaan swasta, serta penyemaian awan dalam teknologi modifikasi cuaca untuk hujan buatan. (Antara)

REKOMENDASI

TERKINI