Suara.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan menyebut Standard Operating Procedure (SOP) manajemen krisis dan International Organization of Standardization (ISO) soal review operating prosedur Bandara Soekarno-Hatta, belum lengkap.
Hal ini menyusul kebakaran JW Sky Lounge, Terminal 2E Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Minggu (5/7/2015) pagi, yang membuat beberpa penerbangan mengalami keterlambatan dan penumpukan penumpang. Menurutnya, bila Bandara Soekarno-Hatta memiliki SOP manajemen krisis yang lengkap dan berjalan dengan baik, maka tidak ada pesawat yang delay parah akibat kebakaran.
“Kalau pun ada itu toh juga tidak lengkap. Harusnya ada SOP, jadi kalau terjadi krisis, apa itu bisa dilakukan, itu banyak, buku manualnya tebal. Misalnya sistemnya mati harus ada sistem cadangan. Kalau air side nya sudah, seperti apron, runway. Tapi kalau terminal, tempat parkir dan sebagainya, saya kira masih banyak bandara yang belum ada penanganan krisisnya, termasuk Soekarno-Hatta,” kata Jonan saat meresmikan Stasiun Palmerah, Jakarta Selatan, Senin (6/7/2015).
Karena itu, Jonan meminta seluruh operator dan maskapai penerbangan memiliki SPO menejemen krisis agar hal serupa tidak terulang kembali.
"Maskapai dan pengelola bandara akan kami minta (SOP dan ISO manajemen krisis). Jadi mereka harus sudah punya pada Januari, Garuda juga kami minta," ungkapnya.
Selain itu, Kementerian Perhubungan juga akan melakukan evaluasi rutin untuk menetapkan manajemen mutu berbentuk ISO pada setiap lounge maskapai, yang mulai dilakukan hari ini.
“Hari ini kita mulai lakukan pemeriksaan kelaikannya. Kira-kira hasilnya dua sampai tiga hari keluar, kalau sudah nanti akan kita berikan ke Angkasa Pura II sebagai rekomendasi. Jadi kalau enggak layak engga boleh sewa lounge atau gerai makanan lagi di Bandara,” kata Jonan.