Riau Kembali Diselimuti Asap

Sabtu, 04 Juli 2015 | 11:07 WIB
Riau Kembali Diselimuti Asap
Asap dari hutan yang terbakar di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Riau tahun 2014. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan Provinsi Riau kembali diselimuti asap. Asap itu bersumber dari kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi.

Riau diselimuti kabut asap tipis pada malam dan pagi hari. Asap dari kedua provinsi tersebut terbawa angin yang berhembus dari Selatan ke Barat dengan kecepatan 05-15 knots atau setara 09-29 kilometer per jam. Bahkan, di Kota Pekanbaru asap sudah menyelimuti sejak Jumat malam (3/7) yang membuat jarak pandang menurun drastis.

"Kondisi Riau diselimuti kabut asap tipis pada malam dan pagi hari. Ini asap kiriman dari Sumatera Selatan dan Jambi yang beberapa hari terakhir ini juga terjadi kebakaran," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin, di Pekanbaru, Sabtu (4/7/2015).

Kondisi asap kiriman ini, lanjutnya, akan diperparah dengan asap yang berasal dari kebakaran di sejumlah daerah di Riau. Pada Sabtu pagi ini Kota Dumai juga diselimuti asap dengan jarak pandang menurun tinggal satu kilometer.

Sedangkan Kota Pekanbaru, Pelalawan dan Rengat diselimuti asap tipis dengan jarak pandang berkisar 3-5 kilometer. Meski begitu, kondisi asap dinilai belum mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Kondisi polusi asap berdasarkan penghitungan alat indeks standar pencemar udara (ISPU) di enam daerah di Riau menunjukan kualitas udara terus menurun ke level sedang.

Dengan melihat pola pergerakan angin, kemungkinan asap mencapai Semenanjung Malaka untuk mencemari Singapura dan Malaysia semakin tinggi peluangnya, apabila tindakan antisipasi tidak segera dilakukan untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan.

"Penanganan kebakaran tidak bisa hanya di Riau saja karena kebakaran di daerah lainnya juga bisa mengirimkan asap sampai ke negara tetangga," kata Sugarin.

Ia mengatakan peluang kebakaran masih tinggi karena kemarau yang membuat temperatur udara maksimal bisa mencapai 34 derajat dengan kelembaban 97 persen.

Berdasarkan pantauan Satelit Terra dan Aqua terakhir pada pukul 07.00 WIB menunjukan bahwa di Pulau Sumatera terdapat 36 titik panas (hotspot). Jumlah paling banyak adalah di Jambi dengan 11 titik, kemudian Riau 10 titik, Sumsel sembilan, Aceh dan Lampung masing-masing dua titik, serta Sumatera Utara dan Sumatera Barat masing-masing satu titik.

"Dari 10 hotspot di Riau, lokasinya paling banyak di Kabupaten Indragiri Hulu ada tujuh titik," katanya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edward Sanger, mengatakan upaya pemadaman dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC) akan terus dilakukan karena mulai terlihat membuahkan hasil. Menurut dia, penyemaian awan dengan garam yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) itu sudah menghasilkan hujan disejumlah wilayah pada Sabtu dini hari seperti di Kota Dumai dan Kabupaten Pelalawan.

"Jumlah titik panas juga mengalami tren penurunan, karena itu TMC makin kita gencarkan," kata Edward. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI