Suara.com - Badan Dana Moneter Internasional mengeluarkan peringatan keras kepada Yunani, Kamis (2/7/2015) kemarin. Sebab setelah bangkrut, Yunani harus memilih jalan untuk menentukan nasib di zora Eropa.
IMF menyatakan jika ingin pulih kembali, Yunani membutuhkan dana sekitar 50 miliar euro untuk bertahan selama 3 tahun ke depan. Ditambah 36 miliar euro dari mitra Eropa. Jumlah itu setara Rp1.267 triliun.
Kebangkrutan Yunani memaksa negara itu memotong habis belanja negara dan melakukan penaikkan pajak di negara itu. Itu harus dilakukan jika Perdana Menteri Alexis Tsipras mengambil pinjaman baru itu. Namun dia menolaknya. Konsekwensinya Yunani harus melepaskan diri dari zona euro.
Sementara Perdana Menteri Perancis Manuel Valls menjelaskan jika Yunani harus membuka mata atas keadaanyang terjadi. "Kami meminta mereka untuk memilih dengan mata terbuka dan berpikir keras tentang semua konsekuensi dari suara 'Tidak', yang dapat menyebabkan Yunani meninggalkan zona euro," kata Manuel Valls di sela-sela pertemuan puncak ekonomi di Lyon seperti dilansir Reuters, Jumat (3/7/2015).
Sebelumnya, Yunani menegaskan tidak akan membayar utang sebesar 1,6 miliar Euro atau setara Rp23,8 triliun kepada Dana Moneter Internasional (IMF) meski waktu jatuh tempo pembayaran adalah Selasa (30/6/2015). Di saat bersamaan, Komisi Uni Eropa masih berupaya merayu Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras untuk menerima tawaran dana talangan yang ia tolak sebelumnya.
Jika Yunani tetap pada pendiriannya, Direktur IMF Christine Lagarde akan segera menyatakan bahwa negara tersebut "berutang", sebuah pernyataan halus untuk menyebut bahwa mereka "gagal bayar". Yunani sudah menerima dana talangan hampir 240 miliar Euro dari Uni Eropa dan IMF sejak tahun 2010. Menteri Keuangan Yanis Varoufakis mengatakan, dana tersebut tidak banyak berguna bagi Yunani.
Perekonomian Yunani menurun hingga lebih dari 25 persen sejak tahun 2009. Sementara itu, angka pengangguran membengkak hingga 25 persen, di mana 50 persennya dari kalangan pemuda. (Reuters)