Suara.com - Hasil investigasi jatuhnya pesawat TransAsia Airways di Taiwan Febuari lalu sudah rampung. Hasilnya akan diumumkan, Kamis (2/7/2015) besok.
Namun seorang sumber Reuters, Rabu (1/7/2015) menjelaskan salah satu hasil investigasi itu adalah seorang kru pesawat memang sengaja mematikan mesin setelah pesawat kehilangan daya. Akibatnya pesawat jatuh di sungai dan menewaskan 43 orang.
Selan itu Dewan Keselamatan Penerbangan Taiwan memperkarai soal lalu lintas udara, kondisi cuaca dan faktor kelayakan terbang lain yang menyebabkan pesawat jatuh. Terkait hal itu, pihak TransAsia menolak mengomentari temuan itu.
Sebelumnya dalam laporan investigasi tahap pertama, Febuari lalu disebutkan satu dari dua mesin memamng mengalami gangguan. Namun penyebab gangguan itu belum diketahui.
Sebelum jatuh, Pesawat bisa terbang dengan satu mesin. TransAsia membawa 58 penumpang dan awak ketika meluncur jatuh dan menghempas sungai dangkal di Taipei. Ada 15 orang selamat dalam kecelakaan ini.
Febuari lalu, data dari kotak hitam dan juga rekaman suara dari pesawat itu memperlihatkan bahwa masalah dengan mesin kanan diikuti dengan masalah di mesin kiri. Pesawat itu juga sempat mengalami stalling atau mesin mati sebelum jatuh.
Direktur Aviation Safety Council, Thomas Wang mengatakan, mesin kanan pertama kali memasuki tahap auto-feather yang membuat dorongan ke baling-baling berkurang. Kru pesawat kemudian berusaha mengurangi akselerasi di mesin kiri dan berupaya untuk menghidupkan lagi. Namun, tidak bisa mendapatkan dorongan yang mencukupi.
Pilot juga sudah mengumumkan flameout yang biasanya terjadi ketika cadangan bahan bakar ke mesin terganggu atau ketika ada kesalahan pembakaran.
Kata dia, pesawat itu bisa terbang dengan satu mesin. Pesawat TransAsia itu dijalankan dengan dua mesin Pratt & Whitney PW127M. Pratt & Whitney adalah bagian dari United Technologies. Pilot TransAsia dianggap sebagai pahlawan karena berhasil menghindarkan pesawat jatuh di tempat keramaian masih. Jenazahnya sudah ditemukan dalam keadaan masih memegang kemudi.
Liao Chien-tsung (42 tahun) dianggap sebagai pahlawan oleh Wali Kota Taipei karena mampu mengemudikan pesawat itu di antara apartemen dan gedung komersial sebelum jatuh ke sungai. Jenazah Liao dan kopilotnya sudah berhasil dievakuasi dengan kondisi yang mengenaskan. (Reuters)