Gelar Festival Bir di Daerah Muslim Jelang Ramadan, Cina Dikecam

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 22 Juni 2015 | 15:59 WIB
Gelar Festival Bir di Daerah Muslim Jelang Ramadan, Cina Dikecam
Ilustrasi minuman bir (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Cina telah menggelar sebuah festival bir di sebuah daerah mayoritas Muslims di Xinjiang menjelang Ramadan. Pemerintah Cina menyebut festival bertujuan untuk mempromosikan budaya modern, tetapi bagi kelompok pro kemerdekaaan Uighur, aksi Beijing ini adalah sebuah bentuk provokasi.

Wilayah otonomi Xinjiang, yang terletak di barat laut Cina, dihuni oleh mayoritas komunitas Uighur yang beragama Islam. Dalam setidaknya tiga tahun terakhir wilayah itu terus dilanda konflik yang menelan ratusan korban jiwa.

Pemerintah Cina menuding konflik itu dipicu oleh kelompok prokemerdekaan. Sebaliknya Kongres Ugihur Dunia, kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Xinjiang dan kini beroperasi dari pengasingan, mengatakan konflik itu adalah rekayasa Beijing untuk menekan dan bentuk diskriminasi terhadap komunitas Uighur.

Di Ramadan tahun ini ketegangan kembali terasa di Xinjiang, setelah media pemerintah Cina dan website resmi pemerintah lokal mengimbau agar anggota Partai Komunis, pegawai negeri, pelajar, dan guru untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan.

Adapun festival bir itu digelar di Niya, di wilayah selatan Xinjiang. Website resmi pemerintah daerah Niya menulis bahwa "kompetisi bir" digelar Senin (15/6/2015), jelang Ramadan dan diikuti oleh 60 petani serta pengembala lokal. Dalam website itu juga diunggah foto-foto perempuan lokal yang sedang menari dan barisan peserta yang mengikuti lomba minum bir.

"Kompetisi minum bir menghibur," tulis pemerintah Niya, yang menjelaskan bahwa pemengan dalam kontes itu mendapat hadiah hingga 1.000 yuan (sekitar Rp2,1 juta).

Artikel itu ditayangkan di website pemerintah pada Minggu (21/6/2015).

"Tujuannya untuk memperkenalkan budaya modern, untuk meramaikan kehidupan budaya desa, menekan ruang bagi berkembangnya agama-agama ilegal... dan menjami harmoni serta stabilitas desa," bunyi pernyataan dalam website tersebut.

Tetapi festival itu dikecam oleh Kongres Uighur Dunia. Dilxat Raxit, juru bicara organisasi itu, mengatakan kontes tersebut adalah bentuk provokasi.

"Ini adalah provokasi terbuka terhadap iman umat Islam," tegas dia.

Di Cina sendiri hidup sekitar 20 juta umat Islam di seluruh wilayahnya, termasuk di wilayah Xinjiang. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI