Jangan Panik Hadapi El Nino

Laban Laisila Suara.Com
Senin, 22 Juni 2015 | 08:31 WIB
Jangan Panik Hadapi El Nino
Petani mengalami kekeringan di Kampung Cijulang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (11/9). [Antara/Adeng Bustomi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Petani diimbau untuk tidak panik menghadapi dampak gelombang panas El Nino terhadap budi daya pertanian sesuai prediksi BMKG dan Lapan bakal terjadi mulai Juni hingga November 2015.

"Tidak perlu panik berlebihan, tetapi hadapi kemungkinan itu dengan terus menyiapkan lahan untuk tanaman umur pendek, cepat panen," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Kaditanbun) Provinsi Nusa Tenggara Timur Yohanes Tay Ruba kepada Antara di Kupang, Senin (22/6/2015).

Dia mengatakan hal itu menanggapi indikasi akan terjadi gelombang panas El Nino di sekitar wilayah 18 provinsi berdasarkan prediksi Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Lapan.

Hal itu akan terjadi mulai Juni dan makin moderat hingga puncaknya November 2015.

"Ini dapat diartikan El Nino datang hampir bersamaan dengan masa tanam kering atau musim kemarau, yakni April-September (Asep), sehingga perlu menyiapkan upaya khusus (upsus) guna mengantisipasi ancaman dampak gelombang panas El Nino terhadap budi daya pertanian," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Moch. Syakir.

Menanggapi hal itu Yohane Tay Ruba mengatakan jenis tanaman padi INPARI 19 yang jenjang umurnya 94 hari sangat dianjurkan untuk ditanam petani karena tergolong varietas umur pendek.

"Kalau perlu yang umurnya 90 hari sudah dapat dipanen, jangan yang umurnya empat bulan karena nanti kehabisan air dan gagal panen," katanya.

Selain itu, katanya, petani harus memanfaatkan embung, yakni cadangan air di sawah untuk menampung air hujan.

"Pemerintah setempat telah membangun sejumlah embung. Terutama embung yang sudah lima tahun ke atas dan telah menampung air, wajib dimanfaatkan untuk mengairi atau menyiram tanaman kalau terancaman kekeringan.

Selain embung, lanjut dia, solusi kekurangan air juga bisa dilakukan dengan pompanisasi, yakni mengalirkan air dari sungai ke sawah.

"Itu untuk menyelamatkan tanaman padi kita yang membutuhkan air itu, terus kalau sudah waktunya panen jangan ditunda lagi," tandasnya.

Dia mengatakan hasil koordinasi dengan Kementan telah menyiapkan pula program upaya khusus (upsus) di antaranya penyediaan pompa air, benih, dan pupuk. Pembagian pompa air sudah dilakukan sebagian.

Selain itu, Kementan juga menyiapkan benih dan pupuk manakala ada produksi padi yang terganggu kekeringan, dan petani perlu menanam kembali.

"Komoditas pertanian yang kemungkinan besar akan terdampak gelombang panas adalah padi dan jagung," katanya.

Sementara itu, untuk komoditas hortikultura seperti cabai, yang perlu dilakukan yaitu pada sentra produksi hortikultura tidak banyak yang berada di daerah rawan dampak El Nino. Apalagi, hortikultura biasanya ditanam pada masa penghujan, bukan saat musim kemarau.

"Kalau ditanam pada musim kering pun rata-rata di daerah yang punya sumber air yang cukup. Jadi selama ini hortikultura itu punya daerah yang memiliki infrastruktur yang bagus," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI