Suara.com - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait akan mendorong peletakan batu pertama monumen Angeline di Denpasar, Bali, bisa dilaksanakan bulan ini. Monumen tersebut akan dibangun untuk mengenang Angeline sekaligus lambang perlawanan terhadap kekerasan terhadap anak.
"Janji Pemerintah Kota Denpasar akan kita minta dengan sangat, juga Provinsi Bali. Kita akan dorong peletakan batu pertama bulan-bulan ini sekaligus momentum hari anak," kata Arist, Minggu (21/6/2015).
Arist berharap Bali sebagai kota pariwisata internasional juga ramah terhadap anak.
"Kematian Angeline harus dimanfaatkan sebagai momentum, bukan hanya kekerasan anak di Bali, tapi yang terjadi di seluruh Indonesia," kata Arist.
Arist berharap masyarakat tak menganggap monumen Angeine sekedar benda yang ditonton, tapi menjadi bahan instrospeksi diri, bahan untuk mengobarkan semangat antikekerasan terhadap anak.
"Supaya Angeline-Angeline lain tidak terjadi. Kenapa Angeline jadi ikon, karena peristiwa-peristiwa sebelumnya tidak pernah menjadi sebuah kekuatan besar bagi bangsa ini untuk melawan antikekerasan terhadap anak," kata Arist.
Angeline jadi ikon sekaligus untuk mendorong para pengambil kebijakan untuk mengungkap kasus-kasus kekerasan terhadap anak.
Arist mengatakan gerakan antikekerasan terhadap anak akan pemerintah ikut ambil bagian.
"Ini jadi tanggung jawab wali kota, bupati, gubernur, Istana, Presiden, DPR dan lain sebagainya. Saya kira Presiden sudah saatnya canangkan gerakan nasional untuk memutus mata rantai darurat kekerasan terhadap anak," kata Arist.
Angeline diadopsi Margaret sejak umur tiga hari pada 2007. Sejak itu, Angeline belum pernah bertemu orangtua kandung, Hamidah dan Rosidik.
Dalam kasus Angeline, polisi sudah menetapkan dua orang tersangka. Pertama, Agus, orang yang pernah menjadi pembantu rumah Angeline, ditetapkan menjadi tersangka pembunuhan. Kedua, Margaret, jadi tersangka kasus penelantaran anak.
Bocah kelas 2-B di SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar, sebelumnya dilaporkan orangtua angkatnya hilang pada Sabtu (16/5/2015).
Tapi ternyata, jasad Angeline ditemukan dalam kondisi terkubur di halaman belakang rumah Margaret, dekat kandang ayam, Rabu (10/6/2015).
Jenazah Angeline ditemukan dalam keadaan tertelungkup memeluk boneka barbie dan dibungkus kain sprei putih.
Dari hasil autopsi RS Sanglah, di lehernya ditemukan bekas jeratan dan banyak sekali tanda kekerasan akibat benda tumpul, bahkan sundutan rokok di tubuh bocah tersebut. Ia juga menjadi korban perbuatan asusila yang dilakukan Agus. Kekerasan yang diterima Angeline diduga sudah berlangsung lama.