Anggotanya Direkrut ISIS, Taliban dan Al Qaeda Mulai Ketakutan

Laban Laisila Suara.Com
Jum'at, 19 Juni 2015 | 19:21 WIB
Anggotanya Direkrut ISIS, Taliban dan Al Qaeda Mulai Ketakutan
Pasukan ISIS berparade di Kota Raqqa, Suriah, (30/6). (Reuters/Stringer)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para analis mengakui kalau propaganda Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) jauh lebih hebat ketimbang kelompok militan lainnya Al Qaeda, sejak kematian Osama bin Laden.

Seperti dilansir dari Reuters, Jumat (19/6/2015), sejumlah faksi yang kecewa terhadap Taliban kini mulai mengagumi ISIS yang kini menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah.

Popularitas ISIS tersebut jauh meninggal Al Qaeda, yang pada masa lalu berhasil menarik perhatian tokoh paramiliter karena mempunyai sumber pendaaan kuat.

Namun kini Al Qaeda tengah sibuk mengatasi serangan pesawat tanpa awak sehingga pengaruhnya di Asia Selatan meredup.

"Taliban dan Al Qaeda tidak lagi mendominasi wacana kelompok garis keras di internet. Sebagian besar laman internet kini lebih banyak menulis dan memuji gerakan ISIS," kata Omar Hamid, kepada analis IHS Country Risk untuk wilayah Asia.

Sampai sejauh ini, dukungan untuk ISIS di Asia Selatan terus mengalir meski mereka itu tidak menyediakan dukungan materrial kepada kelompok-kelompok para militer seperti Taliban, kata Hamid.

Sejumlah komandan perang Afghanistan kini telah menyatakan setia kepada ISIS dengan alasan sebagai bentuk protes terhadap perundingan damai antara Taliban dengan pemerintah setempat.

Sebagian yang lain juga mulai ragu dengan Taliban karena pemimpinnya, Mullah Omar yang dikabarkan telah tewas.

Sementara itu di Pakistan, perebutan kepemimpinan dalam kelompok Taliban juga membuat organisasi itu terpecah.

Akibatnya, sejumlah faksi sudah menyatakan kepatuhan terhadap ISIS dengan memenggal kepala seorang tentara.

Tanda-tanda kepanikan dari kubu Taliban Afghanistan mulai terlihat. Pada pekan ini, pemimpin organisasi itu menulis surat kepada ISIS untuk berhenti merekrut anggota dari negaranya.

"Dua belas bulan yang lalu, sebanyak 70 persen konten sosial media dalam bahasa Urdu ataupun Pashto membicarakan kelompok jihadis di Asia Selatan. Namun sekarang berubah, 95 persen khusus membahas ISIS pada September tahun lalu," kata Hamid.

Hamid, yang juga merupakan mantan pejabat anti-teror kepolisian, telah menganalisis puluhan profil kelompok garis keras di Twitter maupun Facebook serta sejumlah situs propaganda lain.

Pemerintah Pakistan sendiri sudah berjanji akan memblokir situs-situs garis keras, namun sebagian besar di antara mereka masih bisa diakses hingga kini.

"ISIS adalah model baru, meski ideologi yang mereka anut sudah ada sejak lama," kata dia. (Reuters/Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI