Suara.com - Kepala Pusat Identifikasi atau Inafis Bareskrim Mabes Polri Brigadir Jenderal Bekti Suhartono memimpin langsung pemeriksaan di rumah Margriet Christina Megawe (Margaret) di Jalan Sedap Malam 26, Denpasar, Bali, Jumat (19/6/2015).
Penyidik kembali menemukan belasan bercak darah di depan pintu masuk bagian selatan rumah Margaret. Bercak darah juga ditemukan di dari depan kamar Agustinus (Agus, mantan pembantu) hingga lubang tanah tempat Angeline dikubur, di belakang rumah.
Namun, apakah bercak-bercak darah terkait langsung dengan kasus pembunuhan anak angkat Margaret berusia delapan tahun itu, masih diselidiki.
“Kita temukan lagi bercak darah. Waktu lalukan ada sejumlah binatang juga sehingga kita belum bisa pastikan. Kita masih melakukan pengetesan darah dengan teliti. Ke depan kita akan melakukan pemanggilan tim dari Laboratorium Mabes unit membuktikan bercak darah. Terkait sejumlah darah yang sudah diamankan ini,” kata penyidik di TKP yang enggan disebutkan namanya.
Pemeriksaan di TKP hari ini yang didukung peralatan canggih dari Mabes Polri untuk memperkuat beberapa pengakuan tersangka dan keterangan saksi. Alat yang dipakai, di antaranya teknologi mambis atau sistem identifikasi multibiometrik otomatis.
“Kami lebih ke alat bukti. Itu yang kita perjuangkan. Dan apa pun kemungkinannya akan kita kembangkan,” ujarnya.
Angeline diadopsi Margaret sejak umur tiga hari pada 2007. Sejak itu, Angeline belum pernah bertemu orangtua kandung, Hamidah dan Rosidik.
Dalam kasus Angeline, polisi sudah menetapkan dua orang tersangka. Pertama, Agus, orang yang pernah menjadi pembantu rumah Angeline, ditetapkan menjadi tersangka pembunuhan. Kedua, Margaret, jadi tersangka kasus penelantaran anak.
Bocah kelas 2-B di SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar, sebelumnya dilaporkan orangtua angkatnya hilang pada Sabtu (16/5/2015).
Tapi ternyata, jasad Angeline ditemukan dalam kondisi terkubur di halaman belakang rumah Margaret, dekat kandang ayam, Rabu (10/6/2015).
Jenazah Angeline ditemukan dalam keadaan tertelungkup memeluk boneka barbie dan dibungkus kain sprei putih.
Dari hasil autopsi RS Sanglah, di lehernya ditemukan bekas jeratan dan banyak sekali tanda kekerasan akibat benda tumpul, bahkan sundutan rokok di tubuh bocah tersebut. Ia juga menjadi korban perbuatan asusila yang dilakukan Agus. Kekerasan yang diterima Angeline diduga sudah berlangsung lama.
Tim pendamping hukum orangtua kandung Angeline dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Denpasar tidak puas dengan apa yang disangkakan polisi kepada Margaret.
Siti mengaku heran dengan polisi yang hanya menetapkan Margaret menjadi tersangka penelantaran anak.
Siti yakin pembunuh Angeline bukan cuma Agus. (Luh Wayanti)