Saksi Asal Kalimantan Tuduh Margaret Kerap Pekerjakan Angeline

Kamis, 18 Juni 2015 | 09:01 WIB
Saksi Asal Kalimantan Tuduh Margaret Kerap Pekerjakan Angeline
Suasana olah TKP kasus pembunuhan Angeline oleh kepolisian, di Sanur, Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tiga orang saksi yang tidak lain orang dekat Margriet Christina Magawe (Margaret) yakni Francky A Maringka, Yuliet Christien dan Lorraine I Soriton. Mereka bertiga berasal dari Jalan Inpres 4 RT 16 Nomor 56 Kelurahan Muara Rapak, Kecamatan Balikpapan Utara, Kalimantan Timur.

Mereka siap jadi saksi dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota Denpasar, di depan Hukum, terkait Margaret kerap kasar (ringan tangan) mendidik anak, juga kerap memerintah Engeline Margriet Megawe (Angeline) bekerja.

Lorraine mengaku bahwa mereka sangat mengenal Margret karena satu kampung. Sekitar bulan Oktober 2014, Margeret menghubunginya via telepon, bahwa dia mencari pembantu laki-laki untuk menjaga ayam-ayamnya.

Wanita sapaan Lorra ini pun mencari orang di kampung halamannya, lalu bulan itu juga Lorra bersama pembantu yang diketahui bernama Arnol datang ke Bali, tepatnya di tempat Angeline ditemukan tewas, menggunakan pesawat terbang dan tiketnya di tanggung oleh Margeret.

"Saya datang dengan Arnol, saya disuruh tinggal sementara dengan dia (Margeret) hampir 5 bulan saya di sana," jelasnya.

Nah Arnol ini baru kerja 1 bulan, tiba-tiba menghilang (kabur). Ketika di hubungi ke Kalimantan, ternyata dia sudah pulang.

"Dia mengaku, tidak betah kerja di sana karena sering dicaci," terangnya.

Setelah itu, kebetulan Francky A. Maringka (anakmatu Lora). Dan Yuliet Christien  berada di Sidoarjo, Jawa Timur. Lorra pun memanggil mereka untuk datang ke Bali, baru sama-sama dari Bali-ke Kalimantan.

"Di panggil oleh mertua, saya, Istri, dan anak pun ke sana (Bali). Dari Desember sampai Maret di Bali, saya yang bekerja di sana. Bersihkan halaman rumah, bersih-bersih kandang dan lain-lain sambil menggendong anjeline," kata Francky.

Mereka mengaku kerap melihat Angeline sering di perintah bersihkan ini, belum selesai ini, disuruh bersihin itu.

"Intinya disuruh sini sana. Waktu itu Angeline masih berumur sekitar 7 tahun. Bahkan dia juga  kerap terlihat ringan tangan," ujarnya.

Menurutnya, tindakan Margarer melebihi didikan layak orang tua dan anak. Selanjutnya mereka pun pulang.

Dia menduga bahwa pria berinisial AA yang diduga mengetahui semua peristiwa yang meninggalnya Angeline ini diduga sempat bekerja dirumah Margaret.

"Kami duga seperti itu, setelah itu dia berhenti.  Lalu dia disuruh Margaret mencari orang bekerja di sana. Sehingga AA ini mendapat Agus dan di bawa ke sana. Pasalnnya beberapa bulan setelah itu, Margaret sempat menelepon mertua saya bahwa sudah mendapat pembantu," jelasnya.

Hari ini Kamis (18/06/2015) akan dibawa oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) mendatangi Polda Bali dan Polresta Denpasar untuk memberikan kesaksian selama mereka berada di rumah Margaret.

Angeline diberitakan menghilang sejak 16 Mei 2015 oleh ibu angkatanya, bocah berparas cantik itu ditemukan dalam keadaan tewas mengenaskan, dia dikubur didalam rumahnya tepatnya dibelakang kandang ayam dekat pohon pisang, di Jalan Sedap Malam, Denpasar pada Rabu 10 Juni 2015.

Hingga saat ini Margaret masih dijadikan tersangka oleh Polda Bali atas kasus penelantaran anak terhadap Angeline.

Angeline diangkat anak oleh Margaret itu sejak umur tiga hari pada tahun 2007, sejak lahir hingga meninggal belum pernah mengenal dan bertemu dengan kedua orangtua kandungnya yaitu Rosidik dan Hamidah.

Angeline tidak hanya menjadi korban pembunuhan saja, tetapi juga menjadi korban pelecehan seksual yang telah dilakukan oleh Agus. (Luh Wayanti)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI