Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, Indonesia akan mengalami musim kering panjang atau El nino pada Juli-November 2015. Kondisi tersebut disebabkan suhu air di Samudera Pasifik lebih hangat dibandingkan perairan di Indonesia.
Kepala BMKG Yunus Subagyo mengatakan, dengan adanya fenomena tersebut membuat uap air yang mengalir dari Indonesia menuju laut Pasifik akan mambentuk awan yang membuat hujan di Indonesia menjadi minim dan menyebabkan kekeringan.
"Akibat El nino ini diperkirakan membuat musim hujan di beberapa wilayah Indonesia mengalami kemunduran. Dan efek di daerah-daerah sebenarnya akan berbeda-beda. Soalnya letak geografisnya yang berbeda-beda," kata Yunus saat ditemui dalam diskusi Proyeksi El nino 2015 di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Meski fenomena El nino tahun ini tidak separah pada 1997, namun fenomena ini tetap harus diwaspadai agar tidak memberikan dampak buruk dan merugikan dalam jumlah besar.
"Ini memang tidak separah dari tahun 1997, tapi tetap harus diwaspadai," tegasnya.
Yunus menjelaskan, ada empat wilayah Indonesia yang berpotensi terdampak El nino, yakni Sumatera, Sulawesi, Lampung, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Kendati demikian, menurut Yunus, El Nino bukan satu-satunya faktor pemicu kekeringan di Indonesia.
"Jadi, harus dipertimbangkan faktor lain seperti dipole mode dan SST di perairan Indonesia. Bukan selalu karena El nino kekeringan itu. Tapi harus diwaspadai dan diantisipasi," jelas Yunus.