Niat Ganti Uang Mobil Listrik, Yusril: Dahlan Mah Gitu Orangnya

Rabu, 17 Juni 2015 | 15:42 WIB
Niat Ganti Uang Mobil Listrik, Yusril: Dahlan Mah Gitu Orangnya
Mantan Dirut PLN Dahlan Iskan menjalani pemeriksaan untuk kali kedua di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Jumat (5/6). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan berniat mengganti semua uang para sponsor yang terlibat mendukung proyek 16 mobil listrik, yang kini kasus dugaan korupsinya disidik Kejaksaan Agung.

Hal tersebut disampaikan oleh Yusril Ihza Mahendra, saat menemani pemeriksaan Dahlan di Gedung Kejagung, Jakarta Selatan, Rabu (17/6/2015).

Kendati berniat mengganti, Yusril menegaskan, kalau hal itu bukan menunjukkan Dahlan bersalah sehingga mau menanggungnya.

"Pak Dahlan mah gitu orangnya. Itu bukan pernyataan seolah-olah Pak Dahlan salah dan mau menanggung semuanya. Bukan seperti itu, tidak ada kaitannya. Memang wataknya seperti itu," kata Yusril.

Seperti diketahui, Jaksa Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan Direktur Utama PT Sarimas Ahmadi Pratama, Dasep Ahmadi dan Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia, Agus Suherman sebagai tersangka. Mereka dijerat atas kasus penyimpangan pengadaan 16 unit mobil listrik pada 3 BUMN senilai Rp32 miliar.

Salah satu tersangka, yakni Agus merupakan mantan pejabat di Kementerian BUMN. Ia dijadikan tersangka atas dugaan korupsi ketika menjabat di Kementerian BUMN ketika proyek itu dikerjakan pada 2011.

Kasus ini berawal pada 2013 ketika Dahlan Iskan menjabat sebagai Menteri BUMN yang menugaskan sejumlah BUMN untuk menjadi sponsor pengadaan mobil listrik untuk mendukung kegiatan operasional konfrenesi APEC pada 2013.

Namun, mobil listrik itu akhirnya tidak bisa benar-benar digunakan. Keenambelas mobil itu kemudian dihibahkan ke sejumlah universitas yaitu UI, ITB, UGM, Unibraw, dan Universitas Riau. Akibatnya ketiga BUMN mengalami kerugian. Namun jaksa belum memutuskan berapa besar kerugian negara itu. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI