Suara.com - Intelijen Australia meyakini kalau kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sudah cukup memiliki material radiaktif untuk membuat bom kimia berbahaya.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, yang sekaligus menyampaikan kekhawatiran negara NATO soal bahan beracun yang dimiliki kelompok militan yang kini menguasai Irak dan Suriah itu..
Bishop mengatakan kalau bahan berbahaya itu diperoleh ISIs dari pusat penelitian dan rumah sakit yang dikuasai ISIS, seperti dilansir dari Dailystar dan The Australian (13/6/2015).
Sebelumnya, majalan propaganda ISIS, Dabiq, mengklaim kalau ISIS akan membangun senjata nuklirnya dalam waktu setahun.
Majalah propaganda itu bahkan menulis soal kemungkinan ISIS memperoleh senjata pemusnah massal dari Pakistan.
Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan oleh bekas komandan perang unit persenjataan kimia militer Inggris Hamish Gordon.
Dia menyatakan kalau penggunaan senjata kimia oleh ISIS adalah ancaman nyata.
Ketakutan muncul setelah sumber di intelijen mengklaim ancaman ISIS yang akan membom Inggris dengan menggunakan bom daya ledak tinggi yang tidak bisa terdeteksi.
Gilanya, propaganda ISIS ini berhasil menyusul media yang menyuarakan soal ancaman ISIS ini dijual di toko online Amazon, sebelum akhirnya ditarik.