Dua Puluh Juta Warga Yaman Butuh Bantuan Kemanusiaan

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 12 Juni 2015 | 05:36 WIB
Dua Puluh Juta Warga Yaman Butuh Bantuan Kemanusiaan
Bocah pengungsi Yaman di sebuah kamp di Somalia. (Reuters/Feisal Omar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Delapan puluh persen dari penduduk Yaman, atau lebih dari 20 juta warga, membutuhkan bantuan kemanusiaan, demikian disampaikan UNICEF, badan PBB yang mengurusi pengungsi, hari Kamis (11/6/2015). Jumlah itu meningkat hampir lima juta jiwa sejak badan tersebut mengeluarkan laporan terbaru pekan lalu.

Selama lebih dari 11 pekan, koalisi militer Arab telah menyerang milisi Houthi, kelompok yang saat ini menguasai Yaman, dalam upaya mengembalikan kekuasaan Presiden Yaman yang kini berada di pengasingan. Koalisi juga mendukung para petempur setempat ikut melawan Houthi di medan-medan pertempuran di seantero negeri.

Blokade yang dibuat pasukan koalisi terhadap wilayah udara serta pelabuhan-pelabuhan Yaman menyebabkan pasokan makanan dan bahan bakar ke negara kering itu terputus. Pompa-pompa yang menyediakan air untuk minum dan kebersihan sekarang sebagian besar tidak dapat dioperasikan.

"Saat ini, diperkirakan 20,4 juta orang, di antaranya 9,3 juta anak-anak, membutuhkan bantuan kemanusiaan," kata Deputi Perwakilan UNICEF Jeremy Hopkins di Sanaa.

"Pada praktiknya, blokade terhadap pelabuhan-pelabuhan Yaman, kendati beberapa sudah berkurang, berarti bahwa bahan bakar tidak dapat masuk ke negara itu, dan karena pompa-pompa itu dijalankan mesin, lebih dari 20 juta orang tidak memiliki akses terhadap air bersih," tambahnya.

Kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan darurat lainnya, katanya, juga terkait kekurangan gizi dan pasokan medis, meningkatnya jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan-serangan udara, perekrutan tentara anak-anak serta hancurnya sekolah-sekolah oleh pihak-pihak yang bertikai.

Bahkan, sebelum konflik, UNICEF mengatakan ada sekitar 10 juta orang di Yaman yang membutuhkan kemanusiaan. (Antara/Reuters)

REKOMENDASI

TERKINI