Suara.com - Ibu kandung Angeline, Amidah, perempuan asal Banyuwangi, Jawa Timur, meradang dan sempat histeris saat mengetahui Angeline dibunuh dan jenazah diperlakukan secara tidak layak.
Dari keterangan kerabat korban, Supri mengatakan, Angeline diadopsi sejak usia tiga hari oleh keluarga ibu angkatnya Margaret Megawe.
Sejak saat itu, Amidah tidak pernah bertemu lagi dengan buah hatinya karena tidak diperbolehkan atau atas dasar kesepakatan bersama antara ibu angkat korban dan ibu kandungnya.
"Ibu kandungnya belum pernah bertemu sejak diadopsi itu," kata Supri saat ditemui di RSUD Sanglah, Bali.
Seperti diberitakan sebelumnya, Amidah, menangis histeris saat tiba di Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali, Rabu (10/6/2015).
"Siapa yang bunuh kamu nak, kenapa kamu dibunuh, ibu tidak terima kamu diperlakukan seperti ini," ujar Amidah saat melihat kondisi jenazah anaknya yang sudah terbujur kaku di IKJ RSUP Sanglah, Denpasar.
Pihaknya juga meminta kepada polisi untuk menangkap pelaku pembunuhan dan mendesak petugas agar menghukum seberat-beratnya.
"Pak Polisi, tangkap pelaku yang membunuh anak saya pak. Hukum mati saja dia," ujar Amida.
Saat itu, Amida juga menyebutkan Angeline merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.
"Kalau tidak mau jaga anak saya, kembalikan pada saya saja. Janganlah dibunuh," ujarnya histeris.
Seperti diberitakan sebelumnya, hasil autopsi mengungkap kalau Angeline disiksa sebelum dibunuh.
Dokter menemukan luka kekerasan akibat benda tumpul di kepala Angeline dan menemukan bekas sundutan rokok di jenazahnya.
Hingga kini polisi baru menetapkan satu orang tersangka pelaku pembunuhan, Agus, bekas pekerja di rumah ibu angkat Angline di Jalan Sedap Malam, Sanur, Bali. (Antara)