Suara.com - Gadis-gadis belia yang diculik oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dijual di pasar budak dengan harga sangat murah: sebungkus rokok. Temuan ini disampaikan oleh utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang kekerasan terhadap perempuan, Zainab Bangura, Senin (8/6/2015).
Bangura mengunjungi Irak dan Suriah pada April lalu. Disana ia menggelar penelitian dan penyelidikan untuk merancang rencana kerja pengentasan aksi kekerasan seksual yang dilakukan ISIS terhadap perempuan.
"Ini adalah perang di atas tubuh perempuan," kata Bangura.
Dalam penelitiannya Bangura berbicara dengan perempuan dan gadis yang berhasil melarikan diri dari kawasan ISIS. Ia juga bertemu dengan para ulama lokal, pemimpin politik setempat, dan para pengungsi di Turki.
Baca Juga: Cerita Hacker Australia Bobol Situs Kelompok Teroris ISIS
Dari wawancara-wawancara itu ia mengatakan bahwa ISIS terus memperjualbelikan perempuan di pasar-pasar budak. Meski demikian ia belum bisa memperkirakan jumlah manusia yang diperbudak ISIS.
"Mereka menculik para perempuan saat mereka merebut satu wilayah, jadi mereka kini mempunyai - saya tak ingin menyebutnya pasokan segar - tetapi gadis-gadis baru," kata dia.
Ia menceritakan bahwa para anggota ISIS menjual para perempuan dengan sangat murah. Beberapa diantaranya hanya ditukar dengan sebungkus rokok dan ada juga yang dilego dengan beberapa ribu dolar.
Berikutnya: Ditelanjangi, dimandikan, lalu harganya ditaksir...
Ditelanjangi, dimandikan, lalu harganya ditaksir
Baca Juga: Turki Klaim Tangkap Istri Pemimpin ISIS Al Baghdadi
Di bawah ISIS, perempuan yang dijadikan budak diperlakukan bak binatang.
"Mereka dikunci di dalam sebuah ruangan, lebih dari 100 orang dikurung di dalam sebuah rumah kecil. Mereka ditelanjangi dan dimandikan," tutur dia.
Mereka lalu dikumpulkan dan dipamerkan di hadapan sekelompok lelaki, yang bertugas untuk menaksir harga.
Bangura memberi contoh seorang anak perempuan berusia 15 tahu yang dijual ke seorang pemimpin ISIS berusia sekitar 50an tahun. Lelaki itu menunjukkan kepada anak itu sebuah senjata dan tongkat, lalu bertanya, "Apa yang kamu mau?"
"Anak itu menjawab, 'senjata'. Ia lalu mengatakan, 'Saya tidak membeli kamu agar kamu bisa bunuh diri.' Gadis itu lalu diperkosa," beber Bangura.
Berikutnya: Merayu anggota dari luar negeri...
Merayu anggota dari luar negeri
Menculik perempuan dan anak-anak adalah salah satu strategi kunci ISIS untuk merayu anggota baru dari negara asing, khususnya dari Eropa dan Asia.
"Ini adalah cara untuk menarik minat para pemuda: kami punya gadis-gadis untuk Anda, para perawan yang bisa kalian nikahi," kata Bangura, "Para pemuda ini adalah tulang punggung kekuatan ISIS."
Sebuah laporan terbaru PBB menunjukkan bahwa hampir 25.000 orang dari 100 negara terlibat dalam konflik di seluruh dunia. Jumlah terbesar ada di Suriah dan Irak.
Bangura mengatakan cara-cara pelecehan dan perbudakan perempuan yang dilakukan ISIS mirip dengan praktik abad pertengahan. Ia mengatakan ISIS ingin membangun masyarakat yang mirip dengan kehidupan pada abad 13.
Untungnya, meski sudah dianiaya dan dilecehkan komunitas minoritas Yazidi - salah satu kelompok yang para perempuannya paling banyak diculik ISIS - bisa menerima kembali dan mendukung perempuan-perempuan yang lolos dari jerat ISIS.
Ia memuji pemimpin agama Yazidi, Baba Sheikh, karena secara terbuka mengumumkan bahwa para perempuan itu harus dimengerti.