Suara.com - Kelompok ISIS dilaporkan merekrut teknisi dan ilmuwan terlatih untuk membuat senjata kimia. Menurut informasi yang disampaikan Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop itu, ISIS juga disinyalir menggunakan gas klorin untuk melakukan serangan di Irak.
Berbicara dalam acara peringatan hari jadi ke-30 Australian Group, Sabtu (6/6/2015), Bishop mengatakan bahwa Australia percaya, rezim Suriah menggunakan bahan kimia beracun seperti sarin dan klorin dalam perang saudara empat tahun terakhir. Namun, menurutnya, ISIS juga menggunakan cara serupa.
"Penggunaan klorin oleh Daesh (ISIS-red), dan perekrutan pakar-pakar terlatih, termasuk dari negara-negara Barat, mengungkap adanya upaya yang jauh lebih serius dalam pengembangan senjata kimia," kata Bishop.
"Dari antara puluhan ribu anggota yang ia rekrut, Daesh memiliki beberapa pakar yang ditugasi menyempurnakan bahan baku dan membuat senjata kimia," lanjutnya.
Penggunaan gas klorin sebagai bom rakitan memang dilaporkan terjadi di sejumlah tempat di Irak dan Suriah. Mereka yang menjadi korban biasanya mengalami gejala seperti mual, muntah, pusing, dan lemas.
"Fakta bahwa kekejian seperti ini terus terjadi membuat kita harus tetap tegas terhadap ancaman senjata kimia dan biologi. Kendali ekspor dan implementasinya masih menjadi ancaman terhadap keamanan global dan terus meningkat," ujar Bishop. (News.com.au)