Suara.com - Anggota Komisi I dari Fraksi PKS Sukamta menilai perkelahian antara anggota Kopassus dan TNI AU di Kafe Bimo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (31/6/2015) lalu, lantaran kurang doktrin persatuan antara tiga matra, TNI AD, TNI AU, dan TNI AL. Akibat perkelahian, anggota TNI AU Sersan Mayor Zulkifli meninggal dunia.
"Saya sangat menyayangkan peristiwa seperti ini terus berulang terjadi. Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma harus terus disosialisaikan dan ditanamkan dalam jiwa setiap prajurit TNI. Doktrin tersebut kan mempunyai spirit persatuan antara tiga matra. Dengan doktrin seperti ini harusnya konflik-konflik antar oknum matra tidak lagi terjadi," kata Sukamta, Rabu (3/6/201).
Menurut Sukamta sekarang ini perang tidak melulu terjadi secara simetris atau konvensional. Perang sekarang, kata dia, terjadi secara asimetris (assymetrics warfare) dan proksi (proxy warfare).
Perang asimetris, kata Sukamta, bersifat soft karena tidak hanya mencakup perang secara militer, namun mencakup delapan dimensi kehidupan yang sering disebut, misalnya astagrata, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Sukamta menambahkan dengan tantangan yang berat seperti sekarang, spirit doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma harus benar-benar ditanamkan.
"Latihan gabungan antarmatra sepertinya mesti lebih digalakkan lagi," katanya.
Selain itu, kata dia, juga perlu digalakkan kegiatan-kegiatan antarmatra yang sifatnya nonmiliter, seperti bakti sosial, olah raga persahabatan, silaturahmi, dan pembinaan agama.
"Hal ini mudah-mudahan bisa meminimalisasi peluang konflik oknum tentara. Dan lebih jauhnya lagi kita harapkan terjadi harmoni, sinergi dan persatuan TNI tanpa memandang sekat 3 matra," ujar Sukamta.