400 Korban Kapal Tenggelam di Sungai Yangtze Belum Ditemukan

Laban Laisila Suara.Com
Rabu, 03 Juni 2015 | 05:10 WIB
400 Korban Kapal Tenggelam di Sungai Yangtze Belum Ditemukan
Seorang nenek 85 tahun yang diselamatkan dari lambung kapal tenggelam di Sungai Yangtze. (Reuters/cnsphoto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para petugas penyelamat hingga kini belum menemukan lebih dari 400 orang korban kapal terbalik “Eastern Star” di sungai Yangtze, Cina.

Media setempat, seperti dilansir Reuters pada Rabu (3/6/2015) dini hari, menulis kalau para korban sebagian besar terdiri dari turis manula yang ikut dalam rangkaian tur.

Nahas, kapal yang mereka tumpangi dihantam oleh tornado dan mengakibatkan kapal terbalik pada Senin malam (1/6/2015) waktu setempat.

Penyelamatan atas peristiwa itu baru dilakukan sehari kemudian pada Selasa (2/6/2015), dengan mengerahkan kendaraam milik militer dan kepolisian.

Kini para petugas penyelamat juga tengah menyusuri sungai di wilayah Hubei dan bagian selatan sungai terpanjang di Asia itu dan memilki kedalaman hingga 15 meter.

Xinhua melaporkan kalau para petugas penyelamat masih bisa mendengar teriakan minta tolong dari dalam kapal yang terbalik

Salah satu yang bisa diselamatkan adalah seorang nenek berumur 65 tahun dari dalam kapal dalam kondisi terbalik.

Masih dari media setempat, diperkirakan masih ada 430 orang lagi yang belum diselamatkan. Petugas baru berhasil belasan diantaranya serta menemukan enam janazah.

Kapal Eastern Star, yang berkapasitas total 500 penumpang, berencana untuk berlayar di kota Chongqing dari ibu kota Provinsi Jiangsu, Nanjing. Kapal itu tenggelam pada pukul 21.38 waktu setempat di Jianli.

Di Cina, sungai-sungai besar memang umum digunakan sebagai jalur transportasi dan juga pariwisata. Namun demikian, jarang terjadi kecelakaan kapal di negara tersebut.

Tragedi besar terakhir di Cina adalah meledaknya kapal Kiangya di Sungai Huangpu pada tahun 1948, dan menewaskan lebih dari 1.000 orang. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI