Suara.com - Jenderal berbintang tiga Thailand, yang diduga terlibat dalam perdagangan manusia, menyerahkan diri kepada kepolisian setempat pada Selasa (2/6/2015).
Letnan Jenderal Manus Kongpan menyerah di tengah serangkaian penangkapan yang dilakukan pemerintah Thailand untuk memberantas jaringan perdagangan manusia lintas negara di kawasan Asia Tenggara.
Secara keseluruhan, pemerintah Thailand merilis 84 perintah penangkapan terkait persoalan perdagangan manusia. Kepolisian menyatakan 51 penangkapan telah dilakukan.
Sementara itu, Letnan Jenderal Kongpan mengaku siap diadili.
"Saya meminta keadilan. Saya siap untuk bekerja sama dengan pihak yang berwenang," katanya kepada wartawan setempat melalui sambungan telepon.
Saat dihubungi dia sedang berkendara menuju kantor polisi Pedang Besar, sebuah kota perbatasan Thailand dan Malaysia yang diduga sebagai 'pusat' aktivitas perdagangan manusia.
"Apa pun yang diputuskan oleh pengadilan, saya siap menerimanya," kata Kongpan.
Menanggapi penyerahan diri Letjend Kongpan, mantan kepala angkatan bersenjata Thailand yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Prawit Wogsuwan, menegaskan bahwa Manus harus dianggap tidak bersalah sampai terbukti sebaliknya.
"Dia hanyalah seorang terduga," kata Wongsuwan.
Pada pekan lalu, pihak kepolisian menyatakan bahwa tidak ada lagi aktivitas perdagangan manusia yang tersisa di Thailand bagian selatan setelah pemerintah menggelar operasi besar-besaran.
Kebijakan operasi tersebut diputuskan setelah penemuan sejumlah kuburan massal di daerah perbatasan Thailand dan Malaysia.
Sebagai akibat dari operasi tersebut, para pelaku perdagangan manusia, yang terlanjur mengangkut para korban dari Myanmar dan Bangladesh dengan kapal, tidak berani memasuki wilayah Thailand.
Pelaku meninggalkan korban di tengah lautan. Sekitar 4.000 orang yang diduga merupakan korban perdagangan manusia telah berhasil mendarat di Malaysia, Indonesia, Thailand, Myanmar, dan Bangladesh.
Sebagian besar di antara mereka adalah Muslim Rohingya yang hidup menderita di bawah diskriminasi rasial pemerintah Myanmar dan seringkali diserang oleh kelompok Buddha garis keras di negara bagian Rakhine.
Akibat penderitaan mereka, Muslim Rohingya rela menyerahkan nyawa kepada pelaku perdagangan manusia agar dapat menyebarang ke negeri lain dan memulai hidup baru. PBB memperkirakan ada sekitar 2.000 imigran masih berada di tengah lautan sejak Thailand melancarkan operasi pemberantasan jaringan perdagangan manusia. (Reuters)
Jenderal Pelaku "Trafficking" Muslim Rohingya Menyerah
Esti Utami Suara.Com
Selasa, 02 Juni 2015 | 18:19 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Drama Laut Andaman: Mengungkap Sindikat Perdagangan Manusia Rohingya di Aceh
13 November 2024 | 14:11 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI