Hidup pas-pasan tidak membuat sopir taksi Express, Suharto (53), mengambil keuntungan dari sumber yang tidak halal.
Misalnya ketika baru-baru ini dia menemukan tas berisi uang Rp100 juta milik penumpang bernama Leonard Dela Torreyang yang ketinggalan di taksinya, dia tetap mengembalikan ke warga Australia itu.
Suharto tinggal di rumah kontrakan yang terletak di Jalan M. Kahfi I, Gang Kemenyan, Pisang Pasir, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Di rumah kontrakan sederhana, Suharto tinggal bersama istri dan tiga anak.
Dari pekerjaan sopir taksi, Suharto menyekolahkan tiga anak. Anaknya sulung kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta, anak nomor dua kelas 3 SMK, dan yang bungsu duduk di kelas 1 SMP.
Suharto mengatakan bekerja keras untuk mendapatkan rezeki yang halal demi menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak. Dia berangkat kerja pagi hari dan pulang larut malam.
"Saya bekerja menjadi supir Express sejak tahun 2004. Dulu saya juga bekerja jadi supir taksi yang sudah ganti-ganti. Saya juga pernah jadi supir pribadi bos perusahaan asing sekitar tahun 1980-an," katanya.
Suharto mengaku jarang mengambil jatah libur karena dia tidak punya supir pengganti.
"Hari ini saya libur setelah 10 hari belakangan tidak libur. Biasanya saya libur sekali seminggu," kata Suharto.
Suharto bercerita selama ini dia sering pindah rumah kontrakan. Soalnya, mereka belum bisa beli rumah di Jakarta.
Setiap bulan, kata Sri Mulyati (52), istri Suharto, biaya sewa rumah kontrakan Rp700 ribu.
Walau sederhana, Sri mengaku bangga dengan suaminya. Dia mengatakan suaminya orang yang jujur.
"Saya lebih senang bapak mengembalikin duit orang itu, karena itu bukan hak kami," ujarnya.