Suara.com - Seorang menteri Malaysia melontarkan ide menarik saat mengunjungi sebuah kamp bekas penampungan korban perdagangan manusia di dekat perbatasan Malaysia dan Thailand, hari Minggu (31/5/2015). Menteri di Departemen Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Shahidan Kassim itu mengatakan bahwa kamp tersebut cocok dijadikan objek wisata.
Menurut Kassim, kamp tersebut sangat bagus dan memiliki fasilitas lengkap.
"Ini adalah kamp terbesar di antara 16 kamp yang kita temukan dan ini terletak hanya sekitar 100 meter dari perbatasan," kata Shahidan.
"Segalanya masih utuh. Ada surau, sebuah tempat ibadah yang terbuat dari kayu, dan sebuah rumah untuk tempat tinggal imam, kebun sayuran, dan banyak lagi. Ada pula beberapa tulisan bahasa Thailand di dalam surau," lanjut Shahidan.
"Biarkan para turis melihat apa yang pernah terjadi di sini. Dengan menjadikan ini sebagai lokasi wisata, itu akan mencegah aktivitas perdagangan manusia karena akan makin banyak orang keluar masuk," ujarnya lagi.
Shahidan berkeliling selama satu jam ditemani personel kepolisian dan polisi hutan. Di tempat itu ditemukan pula bekas kaleng minuman, kartu permainan, yang menunjukkan bahwa tempat itu pernah ditinggali sebuah komunitas yang lumayan besar.
"Saya yakin kamp ini tidak dibuat oleh orang Malaysia, kecuali jika mereka adalah komunis," kata Shahidan.
"Saya meminta polisi untuk segera memproses kamp ini dan mengumumkan pada publik bahwa kamp ini tidak dibangun oleh orang Malaysia. Saya yakin mantan-mantan komunis di negeri ini sudah terlalu tua untuk ini," ujarnya.
"Terkait rencana menjadikannya objek wisata, saya akan membicarakannya dengan polisi dan pemerintah negara bagian untuk menjaga bangunan-bangunan ini," tutupnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, polisi Malaysia menemukan sejumlah kamp yang disinyalir sebagai tempat penampungan korban perdagangan manusia. Di salah satu kamp, polisi menemukan kuburan massal yang digunakan untuk mengubur sedikitnya 139 mayat. (Asia One)