Dia lebih memilih mencari beasiswa kuliah. Hingga akhirnya, dia berhasil kuliah di UNS.
“Saya berharapnya bisa kuliah di STAN, dan ternyata yang lolos adalah UNS, saya tetap bertekad untuk kuliah,” katanya.
Devi bercerita, saat ujian tes masuk UNS, dia sempat bingung nanti akan tinggal di mana. Soalnya, jarak antara Ngawi dan Solo sangat jauh kalau harus pulang pergi. Selain jauh, biaya perjalanannya juga lumayan.
“Akhirnya saya menumpang di rumah orang lain dan tinggal di gudangnya selama dua hari,” ujar Devi.
Kesulitan yang dialami Devi lagi ialah ketika dia mulai kuliah. Beasiswa akan cair setelah enam bulan kuliah.
Dia pun bertahan hidup di Solo. Dia tidak ingin merepotkan orang tua dengan sedikit-sedikit minta bantuan. Tapi dia beruntung punya teman baik yang menolong,
“Di awal-awal ini saya sempat berat dan hampir mundur, tapi untungnya teman-teman saya baik yang menolong saya,” katanya.
Begitu uang beasiswa cair, perlahan-lahan Devi mulai menabung. Uang tabungannya kemudian diberikan kepada keluarga.
“Sedikit-sedikit saya kirimkan uang ke rumah, walaupun saya di sana (Solo) kenapa-kenapa, saya nggak mau orang tua saya tahu. Orang tua saya tahunya sekarang saya sudah enak, padahal tidak,” ujarnya.
Keadaan sulit itu membuat Devi bekerja keras belajar. Ia bertekad menyelesaikan studi dengan tenggat waktu yang disediakan.