Suara.com - Pakar perilaku dari Universitas Indonesia (UI), Taufik Bahaudin mengatakan, yang dibutuhkan untuk membawa Indonesia menjadi negara maju adalah seorang pemimpin dan bukan pimpinan.
"Indonesia ini butuh pemimpin, bukannya pimpinan seperti yang hadir sejak beberapa tahun belakangan," kata Taufik, usai peluncuran survei awal tahun dengan tajuk "Menakar Kinerja Jokowi-JK dalam Evaluasi Mahasiswa UI", di Kampus UI Salemba, Jakarta, Kamis (28/5/2015).
Berdasarkan disiplin ilmu yang dia kuasai, Taufik mengatakan bahwa ada perbedaan mendasar dari pemimpin dan pimpinan. Pemimpin menurutnya adalah orang yang memiliki terobosan untuk membawa semua yang ada di bawahnya untuk meraih visinya.
"Sedangkan pimpinan tidak. Dia hanya memberdayakan, mengefektifkan semua sumber yang ada, untuk menjalankan visi orang lain," paparnya.
Ketika ditanya siapa menurutnya yang merupakan pemimpin, Taufik mencontohkan Presiden Soekarno, Presiden Kuba Fidel Castro, serta mantan Presiden Mesir Gamal Abdul Naser.
"Bahkan mantan Presiden Soeharto, mau tidak mau, suka tidak suka, adalah pemimpin," ujarnya pula.
Menurut Taufik lagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih belum bisa dianggap sebagai pemimpin, karena belum berani mengambil tindakan ketika dirasakan ada yang salah dalam cara mengelola negara oleh masyarakat.
"Dia belum bisa dibilang leader, karena masih belum berani ambil putusan sendiri. Leader itu juga harus punya visi. Dan Nawacita itu saya lihat bukan mimpinya Jokowi, tetapi mimpi orang lain," ujar Taufik.
Taufik mengatakan, pemimpin harus bertanggungjawab dalam memilih bawahannya, berani mengambil risiko demi kebaikan bangsa, serta tidak takut dipersepsikan jelek. Selain itu, kualitas pemimpin itu menurutnya juga tercermin dari struktur organisasi yang dipimpinnya.
"Leader itu harus berani memilih, tidak takut dipersepsikan jelek, berani mengambil risiko untuk kebaikan bangsa ke depannya. Dan ingat, kualitas sistem organisatoris dari tingkat RT hingga negara, itu tergantung orang nomor satunya," tutur Taufik.
Terkait survei oleh Kelompok Studi Mahasiswa Universitas Indonesia (KSM UI) yang menilai kinerja menteri dan kementerian dalam Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla belum memuaskan, Taufik mengatakan bahwa hal ini bisa dijadikan bahan introspeksi para pihak yang berkepentingan.
"Semua survei adalah persepsi. Ini diyakini sebagai fakta yang terjadi, karena ada kepercayaan dan apa yang responden rasakan dan terjadi di masyarakat. Namun persepsi seperti ini bersifat subjektif, tetapi bisa untuk introspeksi oleh pihak atau objek yang dinilai," katanya. [Antara]
BACA JUGA:
Pasal Ini Jelaskan Krisna Mukti Ayah Sah dari Anak Devi
Beda Sepekan, Pasangan Ini Tewas di Waktu dan Tempat yang Sama
Rahasia Mengejutkan Disneyland yang Belum Diketahui Orang
Beberkan Ciri-ciri Artis TM, Kuasa Hukum RA: Semua Pasti Tahu
23 Jam Duduk di Warnet, Pemuda Tewas
Marak Ijazah Palsu, Ini Cara Cek Universitas 'Abal-abal'
Ahok Tanggapi Santai Pernyataan Lia Eden Soal Bencana di Jakarta