Suara.com - Keinginan Mega Aramita L, atlet lompat jauh, untuk berlaga di ajang Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur pada 3 - 6 Juni 2015 pupus sudah. Penyebabnya, namanya dicoret dari daftar skuad atletik Kota Surabaya.
Mega yang menjadi juara di tingkat nasional maupun Jawa Timur merasa dicurangi dan merasa mendapat ketidakadilan. Sebagai atlet yang lima tahun membela Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Kota Surabaya, ia mencoba mempertanyakan hal itu, namun tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan.
Mega pun mengirim surat terbuka kepada Wali Kota Tri Rismaharini. Ia ingin berbincang langsung dengan Wali Kota perempuan pertama di Surabaya.
Berikut ini adalah surat terbuka Mega yang ditujukan kepada Risma :
SURAT MEGA UNTUK BU RISMA
Kepada Ibu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang saya cintai,
Perkenalkan nama saya Mega Aramita Lestari, sering dipanggil Mega. Saya lahir di Surabaya, 29 Mei 1999. Saya tiga bersaudara. Nama Papaku Sutrisno, Nama mamaku Endang Sulistiani, papa saya bekerja sebagai satpam dan mama saya bekerja sebagai pegawai toko. Waktu Sekolah Dasar (SD), saya iseng-iseng ikut ektrakurikuler olahraga Atletik Lompat Jauh. Dari nggak tahu cara melompat yang benar, saya belajar cara melompat yang benar. Guru olahraga yang bernama Pak Solikin mendaftarkan saya ke event Pekan Olahraga Sekolah Dasar. Itu pengalaman pertama saya mengenal atletik.
Bu Risma yang baik... Saya masih ingat pertama kali saya menang lomba pada event UNESA CUP tingkat Jatim Tahun 2010 juara 1 dan Piala Walikota tingkat kota Tahun 2010 juara 3. Waktu itu saya berumur 11tahun. Saya senang sekali, Bu. Dari iseng-iseng ikut atletik, saya memutuskan menekuni olahraga ini.
Waktu saya disarankan bergabung ke organisasi Persatuan Altetik Seluruh Indonesia (PASI), saya dan orang tua menemui salah satu pelatih lompat. Sempat ditolak karena saya masih kecil. Meski saya kecewa saya tak menyerah, Bu. Saya tetap berlatih di PASI tanpa pelatih.
Sampai akhirnya saya menemukan seorang pelatih yang nggak memandang saya sebelah mata. Nama beliau Pak Warsono. Terima kasih dan salam hormat pada Pak Warsono yang selama setahun melatih saya.
Saya kemudian menemukan pelatih lain yang sudah saya anggap sebagai keluarga. Namanya Imelda Yudith Soselisa atau Tante Yudith. Beliau melatih saya Lompat Jauh dan Lompat Jangkit. Kemampuan saya mengalami peningkatan yang luar biasa. Saya kemudian bergabung ke “FIGHTER ATLETIK CLUB” dengan pelatih Sri Wahyuni.
Bu Risma yang baik. Saat saya SMP, setiap surabaya mengadakan event lomba, saya tidak pernah pulang dengan tangan kosong. Saya terus berusaha menjadi yang terbaik untuk Surabaya yang saya cintai.
Saya berjuang lagi ke tingkat yang lebih tinggi, mewujudkan cita-cita mengharumkan nama Surabaya dan keinginan saya, merasakan naik pesawat. Perjuangan saya tidak sia-sia, Bu. Mewakili Surabaya Kejurda Remaja Jawa Timur Tahun 2014 mendapat 1 medali emas, Jakarta Open 2013 mendapat 1 perak. Jatim Sprint tahun 2010-2015 tidak pernah pulang membawa tangan kosong.
Saya mendapatkan uang beasiswa dari Kota Surabaya sebagai anggota Pusat Latihan Cabang (Puslatcab) sebagai anak berprestasi. Saya masih menyimpan piagam penghargaan “Adi Siswa Fiesta 2014” yang diberikan Bu Risma kepada saya 15 Februari 2014. Saya bangga dan senang ketika bersalaman dengan Ibu Risma.
Piagam itu saya jadikan semangat dan acuhan dalam diri saya. Pesan Bu Risma agar terus meraih impian yang kita inginkan setinggi tingginya dan pesan ini terus saya ingat. Saya terus berusaha mengasah prestasi untuk kota tercintaku ke jenjang yang lebih tinggi dengan memutuskan masuk ke Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Jawa Timur.
Saya yang ingin membawa nama kota Surabaya, akhirnya saya mengorbankan perasaan saya. Saya yang jauh dari orang tua demi mengibarkan bendera Kota Surabaya ke tingkat Jawa Timur. Saya mengorbankan waktu yang seharusnya dilakukan di masa remaja, saya lebih memilih mengejar cita-cita saya.. Berlatih dan sekolah, itu yang saya lakukan di masa remaja saya bu.
Saya yang akan jauh dari orang tua rindu kasih sayang orang tua. Tapi saya harus menerima resiko tersebut, walau rasa pahit yang bisa saya tanggung sendiri saya rela berkorban demi mengibarkan Surabaya ke tingkat yang lebih tinggi. Itu keputusan terakhir saya bu.
Bu Risma yang saya banggakan. Saat mulai masuk SMA, saya naik pangkat menjadi anggota SIAP GRAK.
Di tingkat Jatim saya menyumbangkan 2 medali perak untuk Surabaya di Pekan Olahraga Pelajar Daerah Tahun 2014 (POPDA) . Saya menyumbang 2 medali perunggu di Kejurnas PPLP ACEH 2015 dinomor Lompat Jauh dan Lompat Jangkit. Saat itulah keinginan saya untuk naik pesawat dan terbang ke luar Jawa terwujud. Saya senang sekali.
Di PPLP saya mendapat uang bulanan dari Dispora. Namun, saat itu uang beasiswa saya sebagai anak berprestasi dicoret dari PASI Surabaya. Saya sedih tapi saya berusaha menerima.
Bu Risma yang tegas. Menjadi seorang juara tidak mudah. Saya mesti rela jauh dari orang tua. Kadang saya merasa iri terhadap teman-teman saya, mereka diantar dan dijemput orang tuanya. Dibawakan bekal saat sekolah. Kadang saya rindu hal itu. Tapi saya ingat bahwa itu keputusan saya untuk mengibarkan nama Surabaya ke jenjang lebih tinggi dan saya akan merubah nasib keluarga saya menjadi yang lebih baik, itu prinsip saya.
Bu Risma yang bijak. Setahun sudah berlalu sejak saya mesti tinggal di asrama. Porprov tinggal menghitung bulan. Saya semakin semangat berlatih. Hampir seluruh waktu saya gunakan untuk berlatih, berlatih, dan berlatih. Saat PASI Surabaya mengadakan seleksi Porprov pertama, saya berhasil memecahkan rekor lompatan saya dari 4.96 sampai 5.03. Kerja keras dan latihan saya tidak sia-sia.
Dua bulan sebelum Porprov, anggota Tim Porprov dibentuk. Papa memberi tahu, nama saya tak ada dalam Tim Inti Porprov. Saya masuk tim cadangan. Saya sempat kecewa dan marah, keluarga yang selalu memberi motivasi saya terus menerus. Namun, tanggal 12 April 2015 saya mendapat kabar bahwa saya resmi dicoret dari tim Porprov atas keterangan yang disampaikan oleh Ketua Harian PASI Surabaya bp Riswanto.
Saat itu saya benar-benar kecewa Down dan Drop memutari saya. Rasa kecewa ini makin sakit bu.. rasanya udah gak bisa dijelasin lagi.. saat kejadian itu semangat latihan saya menurun, psikolog saya gak menjalur..
Saya sering emosi, merasa kesepian, keberadaanku tidak dibutuhkan lagi. Saya benci semuanya bu.. atlet yang prestasinya jauh di bawah saya malah turun jadi tim inti porprov.. kenapa bu?.. saya sudah 5tahun mati-matian bela kotaku, rela hidup tanpa orang tua, gak peduli rasa sakit yang penting Surabaya bangkitt.. kenapa kota yang aku bela seperti ini? Masalah prestasi? Aku lebih prestasi melebihi mereka semuaaaaaaaa bu!!!! Tapi mama terus memberi saya semangat. Beliau bilang, “Di mana pun mutiara, meskipun disembunyikan. Mutiara itu tetap bersinar.”
Dari kata-kata itu, semangat saya tumbuh kembali, saya sudah tidak menghiraukan Porprov.
Tapi saya tetap tidak terima. Porprov tahun lalu juga begini bu, atlet lompat yang dibawa juga sama..Prestasinya masih lebih bagus saya. Alasan tahun lalu, saya memotivasi diri saya mungkin saya terlalu kecil untuk kejenjang yang lebih tinggi, dan mama papa masih memberi motivasi ke saya bu. Tapi untuk tahun ini saya gak terima bu, sangat gak terima…
Sudah berkali kali saya dianggep sebelah mata.. saya udah nyumbang banyak medali untuk Surabaya bu.. tapi kenapa balasannya malah menyakitkan hati ini bu? Apa mereka tau kerja kerasku selama ini untuk membela surabaya? Mereka sama sekali gak ngerti rasa pahit yang aku lalui selama ini. Aku ingin tau atas dasar apa pasi gak meloloskan aku dari porprov tersebut? dan saya yakin bahwa ada anak-anak lain yang mengalami nasib sama seperti saya, tapi hanya memendam kesedihan, tidak mau bicara. Tapi saya tidak, saya ingin tau jawaban ini dari ibu..tolong bu, beri saya jawaban yang mampu membuat hati saya ikhlas.
Saya ingin bertemu Bu Risma..
Saya ingin berbagi rasa kecewa menjadi rasa senang.. rasa ikhlas..hati ini udah terjerat dendam bu.. bebaskan hati ini dalam kenyataan yang kejam ini. Apa salah ku? Aku cuma ingin menjadi yang terbaik buat kotaku, buat keluarga. Kenapa malah disiksa seperti ini? Apa hanya uang uang dan uang yang di otak mereka?
Maaf bu, selama menjadi atlet Kota Ssurabaya selama ini sangatlah dalam rasa kecewa dan membekas kepedihan..
Saya tidak terima atas perlakuan pasi ke saya.. Saya sangat minta maaf, dihari jadinya kota ku surabaya dan dihari ulang tahun ku, sebagai hadiah terpaitku aku tidak tingin membela mu lagi.. cukup rasa kecewa, sakit, kepedihan yang kau berikan kepada ku.. dan untuk mengakhirinya, aku harus meninggalkan kota surabaya.. Saya yakin ada anak-anak lain yang mengalami nasib sama seperti saya, tapi hanya memendam kesedihan, tidak mau bicara.
Saya ingin bertemu Bu Risma karena saya yakin Bu Risma sangat menjunjung sportivitas. Seperti anak-anak lain yang mencintai Surabaya, saya ingin mendapat kesempatan mempersembahkan yang terbaik untuk Surabaya, kota kelahiran saya, buat keluarga dan buat negeriku Indonesia.
Surabaya, 26 Mei 2015
Salam hangat dari Putrimu,
Mega Aramita L. (Yovie Wicaksono)