Bu Risma yang tegas. Menjadi seorang juara tidak mudah. Saya mesti rela jauh dari orang tua. Kadang saya merasa iri terhadap teman-teman saya, mereka diantar dan dijemput orang tuanya. Dibawakan bekal saat sekolah. Kadang saya rindu hal itu. Tapi saya ingat bahwa itu keputusan saya untuk mengibarkan nama Surabaya ke jenjang lebih tinggi dan saya akan merubah nasib keluarga saya menjadi yang lebih baik, itu prinsip saya.
Bu Risma yang bijak. Setahun sudah berlalu sejak saya mesti tinggal di asrama. Porprov tinggal menghitung bulan. Saya semakin semangat berlatih. Hampir seluruh waktu saya gunakan untuk berlatih, berlatih, dan berlatih. Saat PASI Surabaya mengadakan seleksi Porprov pertama, saya berhasil memecahkan rekor lompatan saya dari 4.96 sampai 5.03. Kerja keras dan latihan saya tidak sia-sia.
Dua bulan sebelum Porprov, anggota Tim Porprov dibentuk. Papa memberi tahu, nama saya tak ada dalam Tim Inti Porprov. Saya masuk tim cadangan. Saya sempat kecewa dan marah, keluarga yang selalu memberi motivasi saya terus menerus. Namun, tanggal 12 April 2015 saya mendapat kabar bahwa saya resmi dicoret dari tim Porprov atas keterangan yang disampaikan oleh Ketua Harian PASI Surabaya bp Riswanto.
Saat itu saya benar-benar kecewa Down dan Drop memutari saya. Rasa kecewa ini makin sakit bu.. rasanya udah gak bisa dijelasin lagi.. saat kejadian itu semangat latihan saya menurun, psikolog saya gak menjalur..
Saya sering emosi, merasa kesepian, keberadaanku tidak dibutuhkan lagi. Saya benci semuanya bu.. atlet yang prestasinya jauh di bawah saya malah turun jadi tim inti porprov.. kenapa bu?.. saya sudah 5tahun mati-matian bela kotaku, rela hidup tanpa orang tua, gak peduli rasa sakit yang penting Surabaya bangkitt.. kenapa kota yang aku bela seperti ini? Masalah prestasi? Aku lebih prestasi melebihi mereka semuaaaaaaaa bu!!!! Tapi mama terus memberi saya semangat. Beliau bilang, “Di mana pun mutiara, meskipun disembunyikan. Mutiara itu tetap bersinar.”
Dari kata-kata itu, semangat saya tumbuh kembali, saya sudah tidak menghiraukan Porprov.
Tapi saya tetap tidak terima. Porprov tahun lalu juga begini bu, atlet lompat yang dibawa juga sama..Prestasinya masih lebih bagus saya. Alasan tahun lalu, saya memotivasi diri saya mungkin saya terlalu kecil untuk kejenjang yang lebih tinggi, dan mama papa masih memberi motivasi ke saya bu. Tapi untuk tahun ini saya gak terima bu, sangat gak terima…
Sudah berkali kali saya dianggep sebelah mata.. saya udah nyumbang banyak medali untuk Surabaya bu.. tapi kenapa balasannya malah menyakitkan hati ini bu? Apa mereka tau kerja kerasku selama ini untuk membela surabaya? Mereka sama sekali gak ngerti rasa pahit yang aku lalui selama ini. Aku ingin tau atas dasar apa pasi gak meloloskan aku dari porprov tersebut? dan saya yakin bahwa ada anak-anak lain yang mengalami nasib sama seperti saya, tapi hanya memendam kesedihan, tidak mau bicara. Tapi saya tidak, saya ingin tau jawaban ini dari ibu..tolong bu, beri saya jawaban yang mampu membuat hati saya ikhlas.
Saya ingin bertemu Bu Risma..
Saya ingin berbagi rasa kecewa menjadi rasa senang.. rasa ikhlas..hati ini udah terjerat dendam bu.. bebaskan hati ini dalam kenyataan yang kejam ini. Apa salah ku? Aku cuma ingin menjadi yang terbaik buat kotaku, buat keluarga. Kenapa malah disiksa seperti ini? Apa hanya uang uang dan uang yang di otak mereka?