Isi Surat Terbuka Mega kepada Risma

Siswanto Suara.Com
Selasa, 26 Mei 2015 | 19:19 WIB
Isi Surat Terbuka Mega kepada Risma
Atlet lompat jauh Mega Aramita L. [suara.com/Yovie Wicaksono]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keinginan Mega Aramita L, atlet lompat jauh, untuk berlaga di ajang Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur pada 3 - 6 Juni 2015 pupus sudah. Penyebabnya, namanya dicoret dari daftar skuad atletik Kota Surabaya.

Mega yang menjadi juara di tingkat nasional maupun Jawa Timur merasa dicurangi dan merasa mendapat ketidakadilan. Sebagai atlet yang lima tahun membela Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Kota Surabaya, ia mencoba mempertanyakan hal itu, namun tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan.

Mega pun mengirim surat terbuka kepada Wali Kota Tri Rismaharini. Ia ingin berbincang langsung dengan Wali Kota perempuan pertama di Surabaya.

Berikut ini adalah surat terbuka Mega yang ditujukan kepada Risma :

SURAT MEGA UNTUK BU RISMA

Kepada Ibu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang saya cintai,

Perkenalkan nama saya Mega Aramita Lestari, sering dipanggil Mega. Saya lahir di Surabaya, 29 Mei 1999. Saya tiga bersaudara. Nama Papaku Sutrisno, Nama mamaku Endang Sulistiani, papa saya bekerja sebagai satpam dan mama saya bekerja sebagai pegawai toko. Waktu Sekolah Dasar (SD), saya iseng-iseng ikut ektrakurikuler olahraga Atletik Lompat Jauh. Dari nggak tahu cara melompat yang benar, saya belajar cara melompat yang benar. Guru olahraga yang bernama Pak Solikin mendaftarkan saya ke event Pekan Olahraga Sekolah Dasar. Itu pengalaman pertama saya mengenal atletik.

Bu Risma yang baik... Saya masih ingat pertama kali saya menang lomba pada event UNESA CUP tingkat Jatim Tahun 2010 juara 1 dan Piala Walikota tingkat kota Tahun 2010 juara 3. Waktu itu saya berumur 11tahun. Saya senang sekali, Bu. Dari iseng-iseng ikut atletik, saya memutuskan menekuni olahraga ini.

Waktu saya disarankan bergabung ke organisasi Persatuan Altetik Seluruh Indonesia (PASI), saya dan orang tua menemui salah satu pelatih lompat. Sempat ditolak karena saya masih kecil. Meski saya kecewa saya tak menyerah, Bu. Saya tetap berlatih di PASI tanpa pelatih.

Sampai akhirnya saya menemukan seorang pelatih yang nggak memandang saya sebelah mata. Nama beliau Pak Warsono. Terima kasih dan salam hormat pada Pak Warsono yang selama setahun melatih saya.

REKOMENDASI

TERKINI