Suara.com - Merasa dicurangi, atlet lompat jauh, Mega Aramita L, mengirimkan surat terbuka kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Suratnya berisi pengalaman selama dia menjadi atlet membela Surabaya melalui Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Kota Surabaya.
Mega merasa mendapatkan ketidakadilan, di antaranya dia dicoret dari skuad atletik Kota Surabaya di Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur pada 3-6 Juni 2015 tanpa alasan yang jelas. Sebelumnya, Mega terdaftar sebagai tim cadangan, sebelum akhirnya diganti oleh atlet yang prestasinya jauh di bawahnya.
Jika bertemu dengan Risma, Mega akan mengutarakan perasaannya pascapencoretan namanya.
"Pengen rasanya saya ngomong dan bercerita tentang kondisi saya yang menderita. Mengapa nasib saya begini, padahal saya sudah lima tahun membela PASI Kota Surabaya," ujar Mega sambil mengusap air mata, Selasa (26/5/2015).
Selain berkirim surat terbuka melalui Facebook kepada Risma, Mega juga mengantarkan surat tersebut langsung kepada Risma serta PASI Kota Surabaya, KONI Surabaya, dan Dinas Pemuda dan Olahraga kota Surabaya.
Selama membela Kota Surabaya, prestasi Mega moncer, di antaranya meraih dua medali perunggu di nomor lompat jauh putri di Kejurnas Atletik Antar Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar - Pusat Pendidikan dan Latihan Mahasiswa 2015 di Aceh. Meraih dua medali perak di Pekan Olahraga Daerah Jawa Timur 2014 serta satu medali emas di Kejuaraan Daerah Jawa Timur 2014.
Di seleksi Porprov 2015 ini, Mega juga berhasil menduduki peringkat satu untuk kategori lompat jauh.
Selain Mega, atlet atletik lain yang tidak masuk dalam skuad tim Porprov Surabaya adalah Yesi Dwi Cantika. Yesi yang memiliki kualifikasi di nomor jalan cepat juga menempati peringkat satu dalam seleksi Porprov 2015. Di level nasional, ia menduduki peringkat lima Jatim Open 2015, jalan cepat 10 Kilometer. Dan juara satu untuk Pekan Olahraga Kota di tahun 2014.
Menyikapi hal ini, pendamping Mega dan Yesa, Yuliati Umrah, mengatakan tidak lolosnya kedua atlet ke Porprov mengindikasikan adanya kecurangan dalam seleksi. Ia juga meyakini ada prosedur yang keliru dalam penentuan atlet.
"Susunan skuad yang saya liat untuk Porprov yang lolos menggantikan Mega dan Yesa tidak relevan dan tidak memiliki piagam. Prestasi mereka juga berada di bawah Mega dan Yesa," kata Yuliati.
Yuli menambahkan dampak pencoretan yang dilakukan kepada Mega dan Yesa jelas memberikan dampak. Untuk itulah, dia akan melakukan pemulihan fisik dan mental agar mereka tetap semangat dan optimistis.
"Porprov itu untuk atlet di bawah 21 tahun, dan pencoretan itu berdampak bagi Mega dan Yesa yang masih sangat muda. Banyak kejadian seperti ini di atlet cabang olahraga lain yang membuat mereka bunuh diri, tersangkut narkoba dan lain sebagainya," katanya.
Langkah kedua yang akan dilakukan adalah meminta keadilan, entah itu melalui musyawarah dan kekeluargaan, atau melalui proses hukum karena adanya indikasi pemalsuan prestasi.
"Apakah indikasi itu dilakukan oleh PASI, KONI atau Dispora kita semua tidak tahu. Mending kami mengajak bicara Ibu Risma selaku pimpinan tertinggi di Kota Surabaya," kata dia. (Yovie Wicaksono)
Merasa Dicurangi, Mega Kirim Surat ke Risma
Siswanto Suara.Com
Selasa, 26 Mei 2015 | 18:40 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Dua Rekor Pecah di SAC Indonesia 2023, Kontingen Jawa Tengah Mendominasi
23 Januari 2024 | 06:02 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI