Suara.com - Wakil Ketua Komisi V DPR RI dari Fraksi PKS Yudi Widiana Adia menyesalkan terjadinya tabrakan kereta api Bangunkarta dengan kereta barang yang mengakibatkan dua orang luka-luka di dekat Stasiun Waruduwur, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (23/5/2015) malam. Komisi yang membidangi transportasi ini meminta pemerintah dan PT. KAI tidak lagi mengabaikan keselamatan dan memiliki sensitifitas dalam mengurus persoalan keselamatan, khususnya kereta api.
“Saya sangat prihatin dengan terulangnya kecelakaan kereta api ini. Seharusnya, kecelakaan kereta yang terjadi akhir-akhir ini menjadi momentum pemerintah dan KAI untuk memperbaiki kelaikan sarana dan prasarana kereta dan meningkatkan keselamatan. Tapi, seperti pemerintah dan KAI mengabaikan hal itu, atau memang ada penurunan managemen di KAI,” kata Yudi dalam pernyataan tertulis kepada suara.com, Minggu (24/5/2015).
Kasus kereta Bangunkarta anjlok lalu menabrak kereta barang yang berada di jalur sebelah, kata legislator dari dapil Jabar IV, menunjukkan masih rendahnya manajemen pengoperasian sarana dan prasarana kereta api. Selama 2004-2010, katanya, telah terjadi lebih dari 700 peristiwa luar biasa hebat, yang terdiri dari tabrakan antar KA (5 persen), anjlok atau terguling (75 persen), dan tabrakan antara KA dan kendaraan bermotor (20 persen).
Alumnus master dari Universitas Padjadjaran Bandung menambahkan bahwa dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa untuk keseluruhan kecelakaan yang terjadi, faktor yang paling besar berkontribusi masuk ke dalam kategori preconditions for operator acts (44 persen), diikuti dengan faktor organisasi (27 persen). Kategori preconditions for operator acts terlibat dalam 33 dari 35 kecelakaan (94 persen), sedangkan faktor organisasi terlibat dalam 22 dari 35 kecelakaan (63 persen).
Baik untuk tumbukan KA dengan KA dan kejadian anjlok, sebagian besar disebabkan karena kesalahan ataupun kerusakan pada sarana maupun prasarana, karena masih kurangnya perawatan yang dilakukan.
"Karena itu, diperlukan upaya perbaikan yang menyeluruh, mulai dari peningkatan kualitas perawatan, pengaplikasian manajemen kelelahan bagi para operator, maupun perbaikan dari segi kelembagaan, agar perkeretaapian Indonesia memiliki nilai keselamatan yang tinggi dan dapat mencapai target zero accident," kata legislator kelahiran Sukabumi 45 tahun silam.