Kisah 1 Juta 'Suku Tikus' di Beijing

Kamis, 21 Mei 2015 | 07:00 WIB
Kisah 1 Juta 'Suku Tikus' di Beijing
Salah satu tempat tidur 'suku tikus'. (ITV)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Tidak banya pekerja di Beijing yang mempunyai penghasilan layak. Tahun 2010, mereka bisa tinggal dan menyewa apartemen secara ilegal. Penyewaan itu tidak dikenakan pajak. Namun apartemen seperti itu digusur secara sporadis.

Saat itu mereka tidur di atas pipa gas, kabel listrik dan saluran pembuangan. Tentu udara di sana kotor, dan minim cahaya.

Keluarga Ji, salah satu warga 'suku tikus' itu. Mereka tinggal di saluran pembuagan. Mereka mandi hanya seminggu sekali. Itu pun di toilet umum di pinggiran kota.

Ji Xue Cai, sang kepala keluarga bekerja sebagai pemungut sampah. Dia mengais sampah dari restoran ke restoran. Penghasilannya tidak lebih dari Rp 500 ribu perbulan. Sementara istrinya sebagai pekerja serabutan.

"Ini bukan hidup yang saya inginkan. Aku di sini untuk mendapatkan uang dan menyimpannya untuk masa tua saya tidak mampu untuk hidup di atas, tanah Kami akan digusur segera karena tidak aman," cerita Ji.

Anaknya Ji, Fei Xiang, sudah dewasa. Dia datang juga ke Beijing. Alasanya, di desanya tidak menjanjikan kehidupan layak. Mereka datang dari Anhui, salah satu provinsi termiskin di Cina tengah.

"Di kampung halaman saya, kebanyakan orang menjadi petani. Tapi generasi saya ingin masa depan yang lebih baik. Aku sudah datang ke sini untuk mencoba. Saya berharap pemerintah akan membantu kami tapi itu hanya harapan," kata Fei.

'Suku tikus' timbul tenggelam. Mereka sering diusir. Hidupnya berpindah-pindah dari lorong ke lorong, dari saluran air ke saluran air. (ITV)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI