Suara.com - Sebulan menjelang bulan puasa, masyarakat diresahkan oleh peredaran beras yang diduga mengandung bahan plastik. Beras ini pertamakali ditemukan oleh Dewi Septiani, penjual bubur di Mutiara Gading, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Dewi pun mengunggah gambar beras tersebut ke media sosial dengan maksud ingin berbagi informasi. Kasus ini kemudian ramai dibahas media. Polisi dan pemerintah pun turun tangan.
Kalau beras yang tengah diteliti BPOM itu benar-benar mengandung plastik, berarti pemerintah lalai mengawasi peredaran beras. Demikian disampaikan oleh pedagang Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, bernama Iwan, Rabu (20/5/2015).
"Pemerintah kita kecolongan mulu (terus)," kata Iwan kepada Suara.com
Selain itu, menurut lelaki yang sudah 25 tahun berdagang beras, pemerintah juga kurang sigap menjaga harga beras di pasar.
"Beras naik saja kecolongan mulu (terus). Waktu beras naik, kan lambat itu (pemerintah). Masa beras jelek sampai Rp12 ribu. Itu waktu beras heboh jadi pada mahal," katanya.
DPR sebelumnya mendesak Kementerian Pertanian untuk segera turun tangan dengan menarik beras yang diduga mengandung plastik dari pasar.
"Kami mendesak Kementerian Pertanian melakukan investigasi dan menarik beras tersebut jika ada, dan harus mengetahui latar belakang mengapa beras palsu itu ada, padahal, kan Indonesia sudah tidak mengimpor beras, makanya kenapa kok ini bisa kecolongan," kata Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo, Selasa (19/5/2015)
Penanganan jangka pendek terhadap kasus tersebut, kata Edhy, bisa dilakukan dengan mencari siapa yang paling bertanggungjawab dalam peredaran beras yang diduga
palsu.
"Karena kita nggak bisa menjaga kalau alat penjaganya tidak diperkuat. Komisi IV ke depan akan bahas RUU tentang karantina. Supaya clear jangan saling salahkan.
Kita salahkan Cina, Cina pun mengklaim dari sana kan belum tentu," kata dia.
"Ini ujian bagi kita, test case untuk kita, latihan untuk kita, bahwa ini, ke depannya akan semakin banyak yang akan dihadapi di era globalisasi ini," kata anggota Fraksi Gerindra.